Atasi Masalah Sampai di Pulau Gili Iyang Sumenep, Impala Universitas Brawijaya Terapkan Metode Ecobrick (Bagian 2)

Caption foto : Praktik Kegiatan Komposting Dengan Masyarakat Desa. (WARTAPALA INDONESIA / Erika Putri)  

WartapalaIndonesia.com, FEATURE – Kegiatan yang dilakukan oleh Anggota Muda Eks Diklatsar 47 di Gili Iyang mendapatkan respon positif dari perangkat desa setempat. Dukungan dari perangkat desa sangat berarti bagi kami.

“Besar harapan saya kegiatan ini dapat terus berkelanjutan tidak hanya sampai di sini saja,” ucap salah seorang perangkat desa.

Kerjasama dan Solusi Berkelanjutan

Salah satu tantangan besar yang kami hadapi adalah pengelolaan sampah di Gili Iyang. Saat ini, masyarakat setempat mengelola sampah dengan cara membakarnya.

Metode pembakaran sampah ini memiliki dampak serius terhadap kesehatan. Banyak sampah yang dihasilkan oleh masyarakat berupa limbah plastik. Pembakaran limbah plastik dapat memproduksi asap berbahaya yang mengandung zat karsinogenik, dan berisiko menyebabkan penyakit pernapasan, kanker paru-paru, bahkan kematian.

Dalam mengatasi masalah ini diperlukan adanya pendekatan yang lebih ramah lingkungan. Diantaranya seperti metode pengelolaan sampah yang lebih efektif dan aman, yakni pembuatan ecobrick dan komposting.

Ecobrick adalah cara inovatif untuk mendaur ulang plastik menjadi bahan bangunan, sementara komposting mengubah limbah organik menjadi pupuk. Kedua metode ini diharapkan dapat meminimalisir dampak kesehatan dari pembakaran sampah dan meningkatkan kualitas lingkungan.

Setelah melakukan peninjauan di lapangan, kami menemukan bahwa pencemaran sampah paling parah terjadi di wilayah dekat pantai.

“Wilayah pantai itu tercemar. Sedangkan untuk wilayah yang jauh dari pantai, tidak ditemukan adanya wilayah yang banyak sampah,” ujar Reta, salah satu anggota tim pengembaraan kami.

Temuan ini menunjukkan perlunya penanganan khusus di area pesisir, di mana aktivitas masyarakat lebih intensif sehingga pencemaran dapat terjadi

Menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Kerja sama antara tim pengembaraan, perangkat desa, dan masyarakat setempat sangat penting untuk mengatasi masalah pencemaran ini. Kami percaya bahwa dengan peran aktif semua pihak, termasuk dukungan dari perangkat desa dan partisipasi masyarakat, dapat berjalan dengan sukses.

Dengan upaya bersama, kami berharap bisa menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat untuk generasi mendatang.

Penanganan Limbah dan Inovasi Pengelolaan Sampah

Di tengah tantangan pengelolaan sampah yang kian mendesak, khususnya di pulau-pulau kecil seperti Pulau Gili Iyang, upaya untuk meningkatkan kesadaran dan pengelolaan limbah sangat penting. Kami baru-baru ini melaksanakan kegiatan di Desa Bancamara dan Desa Banraas untuk menangani masalah limbah plastik dan organik yang menjadi perhatian utama di daerah tersebut.

Plastik, sebagai bahan yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, berperan penting, namun juga menyumbang masalah dan sangat berdampak kepada lingkungan. Hal ini tercermin dari kegiatan masyarakat yang membuang sampah di bibir pantai masih kian merebak. Mereka bealasan karena tempat sampah masih jarang ditemukan di Desa Banraas dan Desa Bancamara.

Di samping plastik, limbah yang dihasilkan masyarakat juga didominasi limbah organik, seperti limbah tambak dari aktivitas nelayan.

Untuk mengatasi hal itu, kami berinisiatif untuk melakukan sosialisasi dan praktik mengenai pengelolaan sampah yang lebih baik.

Dalam kegiatan ini, kami menyelenggarakan sosialisasi dan praktik terkait pengelolaan sampah, termasuk Ecobrick, TPS3R (Tempat Pengolahan Sampah 3R), dan composting.

Materi tentang composting yang kami ajarkan diperoleh dari DLH TPA Supit Urang Kota Malang, yang menyediakan teknik dan cara pengomposan. Kami menggunakan metode composting skala kecil dengan galon atau drum secara anaerob.

Setelah proses pengomposan, hasil kompos yang dihasilkan akan dikeluarkan dan dikeringkan untuk menghindari dampak panas yang dapat memengaruhi tumbuhan. Proses pengomposan ini tidak hanya dapat menghasilkan kompos yang berkualitas, tetapi juga dapat dijual sebagai produk yang bernilai.

Untuk mempercepat proses, dekomposer seperti EM4 atau silase dapat digunakan. Selain composting, kami juga  memperkenalkan metode Ecobrick.

Proses pembuatan Ecobrick melibatkan pencucian sampah, pengeringan, pencacahan, dan pemadatan sampah plastik dalam botol aqua. Ecobrick yang dihasilkan dapat digunakan untuk berbagai karya dan aplikasi bermanfaat.

Respons masyarakat terhadap kegiatan ini sangat positif, ditunjukkan oleh partisipasi aktif warga dalam proses pelatihan. Evaluasi yang dilakukan menunjukkan adanya peningkatan pengetahuan yang signifikan, tercermin dari perbedaan nilai pretest dan posttest peserta.

Inisiatif ini tidak hanya berfokus pada pengelolaan sampah, tetapi juga pada pemberdayaan masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. Melalui kerjasama antara masyarakat dan pihak-pihak terkait, kami berharap bahwa Desa Bancamara dan Desa Banraas dapat menjadi contoh sukses dalam pengelolaan sampah dan pelestarian lingkungan.(Tamat)

Kontributor || Erika Putri, Impala UB
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.