Mendaki Gunung Kembang via Blembem, Wajib Cek Kesehatan : Gratis dan Tidak Ribet

Caption foto : Riefka Laras Rashifa sedang cek kesehatan tamu Basecamp Gunung Kembang.(WARTAPALA INDONESIA / Ahyar Stone). 

Wartapalaindonesia.com, FEATURE – Kalau kamu mendaki Gunung Kembang (2340 mdpl) lewat jalur Blembem Wonosobo, kamu bakal menemui hal unik. Di Basecamp Gunung Kembang, pendaki diwajibkan cek kesehatan.

Itu prosedur baku di sana. Untuk sekarang, prosedur seperti ini satu-satunya di Indonesia. Meski begitu, ada sedikit orang yang mengatakan bikin ribet. Padahal tidak. Cek kesehatan juga gratis.

Untuk tahu lebih banyak tentang cek kesehatan, jurnalis Wartapala Ahyar Stone, akhir Agustus 2024 berkunjung ke Basecamp Gunung Kembang yang berada di Desa Damarkasiyan. Kecamatan Kretek. Kabupaten Wonosobo.

Di sana jurnalis Wartapala diterima salah seorang tenaga kesehatan Basecamp Gunung Kembang yang memiliki latar belakang disiplin ilmu perawat. Riefka Laras Rashifa, namanya. Berikut penjelasan Riefka yang disampaikannya dengan ramah. Selamat membaca.

Hasil Cek Kesehatan
Pendaki yang baru tiba di Basecamp Gunung Kembang, kami suruh istirahat dulu. Setelah mereka cukup istirahat, barulah kami lakukan pemeriksaan kesehatan.

Setelah dilakukan pemeriksaan, ada 3 kemungkinan hasilnya. Yang pertama, pendaki bersangkutan kami perbolehkan mendaki kalau hasil pemeriksaan kesehatannya bagus dan tidak ada riwayat penyakit.

Yang kedua, kalau dia punya riwayat penyakit — misal riwayat penyakit penyerta seperti asma atau jantung — tetapi selama hasil pemeriksaan kesehatanya bagus, kami membolehkan naik.

Tetapi kami minta tolong ke teman-temannya, untuk betul-betul mendampingi yang bersangkutan selama di perjalanan. 

Setiap pendaki – termasuk yang diminta mendampingi temannya — kami beri contact person milik basecamp. Kalau ada keadaan darurat atau kalau terjadi apa-apa di pendakian, mereka bisa hubungi basecamp.

Kami yang di basecamp akan memberi tahu tindakan apa yang harus mereka lakukan. Tapi kalau misalnya harus kami jemput, tim kami akan jemput.

Kemudian yang ketiga, yaitu pendakiannya ditunda. Jadi ketika ada pendaki yang kami cek kesehatan ternyata hasilnya buruk, misal drop atau misal tekanan darahnya terlalu tinggi, kami rekomendasikan untuk istirahat lagi.

Nanti setelah sekitar tiga puluh menit mereka istirahat, kami cek lagi. Kalau misal tekanan darahnya masih tinggi, kami suruh istirahat lagi.

Atau kami beri pilihan, “Mau istirahat atau minum obat?”

Kami di basecamp ada obat-obatan sederhana. Obat-obatan dasar. Nanti gejalanya apa, kami kasih obatnya.

Kalau misalnya masih belum bagus juga ksehatannya, dengan terpaksa kami katakan, “Maaf belum bisa ndaki dulu. Mungkin lain kali bisa ke sini lagi buat pendakian kalau sudah betul betul sehat”.

Tegas Tetapi Siap Repot Demi Keselamatan Pendaki
Di pendakian itu kesehatan penting banget, karena kegiatan mendaki gunung adalah kegiatan yang berisiko.

Yang paling banyak kasus yang kami temui adalah tekanan darah tinggi. Jadi ketika ada pendaki yang punya hipertensi, dicek di sini ada yang 150, 190. Bahkan kemarin pernah ada 250. Dia maksa mau naik (mendaki).

Kalau di atas 200, kami sudah tak mau ambil risiko. Kami tidak perbolehkan dia naik. Pokoknya dia harus nurut. Kalau nggak mau nurut, silahkan pulang.

Atau angkanya tinggi, tapi masih di bawah 200 — misal 180 — kami perbolehkan naik. Tetapi benar-benar harus diperhatikan oleh teman-temannya. Kalau di perjalanan ada keluhan, mereka harus langsung telepon basecamp. Kami siap jemput.

Biaya Registrasi Hanya Untuk yang Mendaki
Setiap pendaki yang sampai ke basecamp, kami edukasi dulu. Termasuk menjelaskan tentang Gunung Kembang berikut prosedur pendakiannya.

Cek kesehatan dilakukan sebelum pendaki melakukan registrasi. Biaya registrasi tanpa angkutan, Rp 50 ribu. Dengan angkutan Rp 80 ribu.

Semua biaya sudah meliputi fasilitas wifi, parkir, tempat istirahat dan toilet.

Biaya registrasi hanya untuk pendaki yang diperbolehkan naik Gunung Kembang.

Misalnya ada seorang pendaki yang sudah markir kendaraannya lama. Kemudian istirahat sambil menikmati wifi, tetapi cek kesehatannya tidak bagus sehingga dia tidak boleh mendaki, dia tidak dipungut biaya seperser pun. (as).

Sepenggal Kisah Iwan Santoso Menjaga Jalur Blembem Gunung Kembang Bersih dari Sampah (Bagian pertama)

Kontributor || Ahyar Stone, WI 21021 AB
Editor || Nindya Seva Kusmaningsih, WI 160009

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.