Oleh : Abdul Aziez
Jurnalis Wartapala, WI 200059
Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – “Kita sering menganggap kegiatan pendakian sebagai aktivitas yang ramah lingkungan, tetapi kenyataannya, kegiatan ini pun dapat merusak ekosistem jika dilakukan tanpa memperhatikan etika lingkungan. Prinsip Leave No Trace bukan hanya sekadar pedoman, tetapi sebuah kewajiban moral bagi siapa pun yang mengaku peduli dengan kelestarian alam,” ujar Dr. Eka Putri, ahli lingkungan dari Universitas Gadjah Mada, yang telah meneliti dampak wisata alam terhadap lingkungan.
Indonesia dengan kekayaan alamnya yang luar biasa, adalah surga bagi para pecinta alam, terutama pendaki yang ingin menikmati keindahan pegunungan. Sayangnya, meningkatnya minat terhadap pendakian turut membawa masalah baru: sampah yang semakin mengotori kawasan yang dulunya asri.
Alam adalah rumah bersama. Menikmati keindahan pegunungan, pantai, dan hutan memberikan kedamaian yang tak ternilai. Namun, di balik keindahan itu, ancaman kerusakan lingkungan semakin nyata. Dari tumpukan sampah hingga jejak-jejak kerusakan yang ditinggalkan pengunjung, alam yang seharusnya lestari kini terancam akibat perilaku manusia.
Masalah yang dihadapi para pecinta alam saat ini bukan hanya soal sampah, tetapi juga fenomena FOMO (Fear of Missing Out). Fenomena ini sering kali menyebabkan kejadian-kejadian tidak diinginkan di alam bebas. Banyak orang pergi ke gunung bukan lagi untuk menikmati keindahannya, melainkan sebagai pelarian saat merasa galau atau sedang menghadapi masalah hidup.
FOMO sebenarnya tidak masalah asalkan diikuti dengan persiapan matang. Tujuan berpetualang di alam adalah untuk menikmati keindahannya, serta berperan menjaga lingkungan, bukan untuk merusak atau membahayakan diri sendiri. Meskipun kita tidak bisa memprediksi alam, kita harus selalu siap menghadapi segala kemungkinan.
Apa itu Leave No Trace?
Leave No Trace adalah filosofi yang dikembangkan oleh Leave No Trace Center for Outdoor Ethics, organisasi nirlaba di Amerika Serikat. Filosofi ini telah diadopsi oleh pecinta alam di seluruh dunia, termasuk Indonesia, untuk memastikan bahwa setiap langkah kita di alam tidak merusak lingkungan. Ada tujuh prinsip utama dalam Leave No Trace yang bertujuan melindungi lingkungan dan menjamin kelestariannya. Berikut ini penjelasan ketujuh prinsip tersebut beserta contoh-contoh praktis yang bisa diterapkan.
- Rencanakan dan Persiapkan dengan Baik
Persiapan adalah kunci utama. Banyak masalah lingkungan yang bisa dihindari dengan perencanaan yang matang. Selain itu, fisik dan logistik perlu dipersiapkan dengan baik, karena perjalanan di alam merupakan bagian dari survival. Di alam, kita menghadapi situasi yang mungkin berubah sewaktu-waktu.Misalnya, pada musim kemarau, kawasan pegunungan rentan terhadap kebakaran. Oleh karena itu, penting untuk memahami kondisi setempat dan menyesuaikan rencana. Pada 2024, beberapa pendaki di Gunung Lawu mengalami hipotermia karena kurangnya persiapan menghadapi suhu dingin. Kejadian ini menunjukkan betapa pentingnya perencanaan yang matang.
Penerapan Leave No Trace : Prinsip pertama mengajarkan pentingnya perencanaan. Dengan mempersiapkan semua peralatan (pakaian yang sesuai, peta, kompas, makanan, dan air), pendaki bisa menghindari situasi berbahaya dan mencegah kecelakaan.
- Berjalan dan Berkemah di Area yang Tahan Lama
Prinsip ini sangat penting, terutama di kawasan dengan vegetasi rapuh. Berjalanlah di jalur yang sudah ada dan pilih area berkemah yang diperuntukkan bagi pendaki. Menginjak atau mendirikan tenda di atas tumbuhan dan tanah yang tidak stabil dapat merusak ekosistem lokal.Di Taman Nasional Bromo Tengger Semeru, jalur setapak sering kali meluas akibat pendaki yang keluar dari jalur untuk mengambil jalan pintas, menyebabkan kerusakan pada tanaman lokal yang penting untuk mencegah erosi.
Penerapan Leave No Trace : Tetap berada di jalur resmi. Selain melindungi vegetasi dan tanah, pendaki juga menjaga keselamatan dan lebih mudah ditemukan jika terjadi keadaan darurat.
- Buang Sampah pada Tempatnya
Sampah adalah masalah besar di kawasan wisata alam Indonesia. Dari plastik hingga botol kaca, semuanya berdampak negatif. Prinsip ini mengharuskan kita membawa turun semua sampah yang kita hasilkan.Sisa makanan juga tidak boleh ditinggalkan, karena dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dengan menarik satwa liar yang seharusnya tidak bergantung pada manusia.
Pada 2021, komunitas pendaki di Gunung Gede Pangrango mengumpulkan lebih dari 1 ton sampah. Ini menunjukkan masih banyak pendaki yang abai terhadap prinsip ini, sehingga kini banyak gunung yang menerapkan SOP ketat terkait sampah.
Penerapan Leave No Trace : Dengan tidak meninggalkan sisa makanan, pendaki mengurangi risiko bertemu satwa liar yang tertarik oleh bau makanan. Pendaki juga membantu menjaga kebersihan dan mencegah kecelakaan akibat sampah berbahaya.
- Jaga Kondisi Alam Sekitar
Setiap elemen alam memiliki peran penting dalam ekosistem. Jangan memetik bunga, mengambil batu, atau merusak struktur alami. Ingatlah bahwa apa yang kita nikmati sekarang adalah hasil dari proses panjang yang perlu dihargai.Biarkan segala sesuatu di alam tetap berada di tempatnya. Hindari mengambil bunga liar, daun, batu, atau benda lain sebagai kenang-kenangan. Setiap benda di alam memiliki peran dalam ekosistem, dan mengambilnya dapat mengganggu keseimbangan alami yang ada. Jika setiap pengunjung mengambil satu hal kecil, dampaknya akan besar dalam jangka panjang.
- Kurangi Dampak Api Unggun
Api unggun adalah cara untuk menghangatkan diri di alam bebas. Namun, jika tidak dikelola dengan benar, api unggun bisa menyebabkan kebakaran yang merusak. Bekas api unggun juga dapat merusak tanah, yang tetap terlihat bertahun-tahun.Gunakanlah kompor portabel untuk memasak. Selain lebih aman, ini juga lebih ramah lingkungan. Kebakaran besar akibat api unggun tak terkendali telah merusak banyak area dan bahkan menyebabkan tanaman endemik punah.
Penerapan Leave No Trace : Alih-alih membuat api unggun, gunakan kompor portabel. Ini mengurangi risiko kebakaran yang bisa berdampak besar pada lingkungan dan menjaga keselamatan semua orang.
- Hormati Satwa Liar
Satwa liar adalah bagian dari keindahan alam yang harus dilindungi. Menjaga jarak aman dan tidak memberi mereka makan adalah cara terbaik untuk melindungi mereka.
Di Gunung Rinjani, monyet liar yang terbiasa diberi makan mulai mengganggu pengunjung. Karena itu, pihak pengelola memasang papan peringatan untuk melarang pengunjung memberi makan satwa liar.Penerapan Leave No Trace : Dengan menjaga jarak dan tidak memberi makan, kita melindungi perilaku alami hewan dan mengurangi risiko cedera bagi mereka dan kita.
- Pertimbangkan Pengunjung Lain
Prinsip ini mengingatkan kita untuk menghormati sesama pecinta alam. Hindari berteriak atau memutar musik keras di tempat yang seharusnya tenang.Penerapan Leave No Trace : Dengan menghormati orang lain, kita menciptakan lingkungan yang lebih aman dan damai. Misalnya, tidak menyalakan api unggun di area berkemah bersama akan membuat semua orang merasa aman.
Sebagai pecinta alam, kita punya tanggung jawab besar untuk menjaga keindahan alam. Leave No Trace adalah cara kita berterima kasih kepada alam atas segala yang diberikannya. Dengan menerapkan ketujuh prinsip ini, kita menjadi penjaga alam yang bertanggung jawab dan memberikan warisan untuk generasi mendatang.
Mari kita jaga alam agar tetap lestari. Setiap langkah dan jejak yang kita tinggalkan adalah bagian dari warisan kita. Kita bisa membuat perubahan, satu langkah kecil di setiap perjalanan. (aa).
Foto || Abdul Aziez, WI 200059
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)