Introspeksi Para Pencinta Alam Kampus

Caption foto : Kegiatan Mapala tidak bisa hanya mencakup keterampilan kepecintaalaman. Ada baiknya apabila kegiatan yang Mapala lakukan dapat pula membantu anggotanya mencapai indeks prestasi yang baik. (WARTAPALA INDONESIA / Ahyar Stone).

Oleh : Dr. Irwan Wisanggeni. M.Si.
Dosen dan penjelajah yang aktif menulis di berbagai media.

Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – Organisasi kemahasiswaan ada berbagai macam, yang di setiap organisasi tersebut memiliki konsentrasi pada bidang- bidang tertentu, sesuai dengan AD/ART setiap masing-masing organisasi, termasuk Mapala. Adanya organisasi kemahasiswaan diharapkan dapat menjadikan mahasiswa memiliki kemampuan atau keterampilan yang tidak didapatkan pada proses perkuliahan. Apa dan siapakah Mapala?

Mapala adalah singkatan dari Mahasiswa Pecinta Alam yang merupakan kumpulan atau sekelompok studi atau organisasi yang bergerak di bidang kepecintaalaman dan petualangan yang berada di tingkat perguruan tinggi di Indonesia. Organisasi Mapala merupakan organisasi yang berada di lingkungan kampus, yang sering disebut dengan organisasi intern atau juga Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM).

Mapala merupakan salah satu wahana, sarana, Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) yang memiliki serangkaian kegiatan-kegiatan yang berkenaan dengan alam bebas atau lingkungan hidup . Di organisasi macam Mapala, mahasiswa  dapat menemukan minat dan passion mereka sesuai dengan keinginan pada bidangnya masing-masing seperti caving, diving, mountaineering, rafting, wild life conservation, leadership dan sebagainya.  

Organisasi pecinta alam seperti Mapala, mendidik anggotanya — baik mental maupun jasmani — sehingga jalan hidup yang diambil pecinta alam di tengah alam dan di antara masyarakat, dapat memberikan kontribusi positif.

Mapala menjalani sistem pendidikan berkelanjutan, demi pembentukan karakter dan kepribadian terhadap para anggotanya, agar mempunyai semangat, mental, jiwa, dan rohani yang kuat. Sehingga pada saatnya nanti, mahasiswa memiliki kemampuan yang dapat diterapkan pada kehidupan masing-masing, dan bermanfaat pada lingkungannya.

Kembali menengok sejarah, pada masa kebangkitan nasional banyak lahir gerakan kepanduan, yang kemudian terbentuklah suatu konsep ideologi kepecintaalaman. Sesuai dengan sejarahnya, bahwa tujuan pembentukan organisasi pecinta alam dari awal adalah untuk memupuk jiwa patriotisme dan semangat kebangsaan dalam mengisi kemerdekaan.

Para perintis kepecintaalaman di negeri ini yakin dan percaya bahwa, patriotisme yang sehat tidak mungkin timbul dari slogan-slogan indoktrinasi ataupun poster-poster saja. Karenanya, dalam mendukung pemenuhan kebutuhan masa depan anggotanya, organisasi mempersiapkan hal-hal mengenai soft skill juga hard skill yang tentunya akan berguna saat lulus kuliah dan memasuki dunia kerja, maupun dalam bermasyarakat.  

Mapala mengajarkan anggotanya, dalam hal solidaritas, bersosialisasi, kerjasama tim dan lain sebagainya, agar para pecinta alam dapat menangani pekerjaan secara bekerja sama ataupun mandiri, dengan tujuan agar tugas dapat diselesaikan dengan baik dan lebih cepat untuk mencapai tujuan yang besar. Pekerjaan tersebut juga dapat dikatakan kompleks ketika membutuhkan banyak personil dengan kemampuan yang dimiliki masing-masing untuk diselesaikan. Namun tentunya organisasi juga berperan besr dalam ketangguhan dan kemandirian masing-masing anggota

Mapala memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk belajar dan mengembangkan berbagai keterampilan manajerial seperti kepemimpinan, kerja sama tim, kesabaran, ketangguhan, dan komunikasi, melalui aktifitas di luar dan dalam ruangan. Organisasi ini juga dapat menjadi wadah yang menyediakan kesempatan seluruh anggotanya untuk berinteraksi dengan sesama anggota juga kepada dan kakak tingkat dan mentor.  Mapala membantu para anggota dalam pengembangan karakter dan kepribadian melalui ideologi-ideologi kepecintaalaman.

Disamping itu, Mapala juga memberikan kesempatan kepada para anggotanya untuk membuat kontribusi positif pada masyarakat di lingkungannya maupun di pedesaan. Karenanya, sangalah dibutuhkan konsep manajemen yang baik termasuk adanya aturan yang mengatur hal-hal untuk kegiatan organisasi, misalnya, deskripsi tugas, pokok dan fungsi pada suatu jabatan, juga tentang  kewajiban, kedisiplinan dan tanggung jawab yang harus dijalankan anggotanya, hal-hal terkait birokrasi dan hukum dan lain sebagainya.

Program kerja organisasi, keperluan sumber daya organisasi, pengelolaan, diperkenalkan kepada anggota Mapala agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik sesuai dengan target organisasi sekaligus menjalankan visi misinya. Organisasi bersama anggotanya juga membangun lapisan-lapisan birokrasi ke Badan Eksekutif Mahasiswa untuk mengetahui kepada siapa organisasi ini perlu bertanggung jawab, dan seterusnya hingga pada level yang paling tinggi.

Output-nya adalah mahasiswa yang bergabung di Mapala diharapkan untuk dapat bersikap dan bertindak dengan cerdas, bijaksana, percaya diri, mandiri dan penuh tanggung jawab serta beretika, seperti yang termaktub dalam, “Kode Etik Pecinta Alam se-Indonesia tahun 1974” yaitu,

Kode Etik Pecinta Alam se-Indonesia tahun 1974
Pecinta alam Indonesia sadar bahwa alam beserta isinya adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa.

Pecinta alam Indonesia sebagai bagian dari masyarakat Indonesia sadar akan tanggung jawab terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah Air.

Pecinta alam Indonesia sadar bahwa segenap pecinta alam adalah saudara, sebagai makhluk yang mencintai alam sebagai anugerah Tuhan Yang Maha Esa.

Sesuai dengan hakikat di atas kami dengan kesadaran menyatakan sebagai berikut:

  1. Mengabdi kepada Tuhan Yang Maha Esa.
  2. Memelihara alam beserta isinya, serta menggunakan sumber alam sesuai batas kebutuhan.
  3. Mengabdi kepada Bangsa dan Tanah Air.
  4. Menghormati tata kehidupan yang berlaku pada masyarakat sekitarnya, serta menghargai manusia sesuai martabatnya.
  5. Berusaha mempererat tali persaudaraan sesama pecinta alam, sesuai dengan asas dan tujuan pecinta alam.
  6. Berusaha saling membantu dan saling menghargai dalam pelaksanaan pengabdian terhadap Tuhan, Bangsa dan Tanah Air.
  7. Selesai

                                                                                                                Disahkan dalam

                                                                                                               Forum Gladian IV di Ujung Pandang

                                                                                                                Tanggal 28 Januari tahun 1974

                                                                                                                Pukul 01.00 WITA

Dengan acuan pedoman etika pecinta alam, maka mahasiswa yang mengikuti organisasi, layaknya memiliki kemampuan yang lebih baik ataupun berbeda dengan mahasiswa yang tidak mengikuti organisasi, terutama dalam pembentukan kepribadian dan prestasinya di perkuliahan.

Akan tetapi pada kenyataannya tidak semua mahasiswa yang mengikuti organisasi sesuai dengan yang diharapkan. Hal ini terlihat dari adanya mahasiswa yang prestasi akademiknya menurun ketika mengikuti organisasi. Dengan demikian tidak dapat dipungkiri, karena mahasiswa memiliki latar belakang yang berbeda ketika mengikuti organisasi, serta mungkin belum mengerti tujuan dan maksudnya.

Ada mahasiswa yang tergabung dalam organisasi Mapala, ternyata memiliki indeks prestasi yang dapat dikatakan kurang baik, sehingga perlu adanya kajian dan penelitian mengenai keberadaan Mapala pada indeks prestasi mahasiswa yang tergabung di dalamnya.

Sebagai dosen yang tergabung dalam organisasi pecinta alam, penulis merasa risau dan prihatin terhadap mahasiswa yang bergabung di organisasi Mapala namun mempunyai nilai Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) yang rendah.

Beberapa waktu yang lalu penulis diminta menguji skripsi S1 yang kebetulan aktivitis pencinta alam di kampus tersebut yang baru lulus setelah 7 tahun masa waktu kuliah dengan IPK dibawah 2,5. Jujur penulis prihatin dan menghela nafas kecewa. Sebenarnya aktivitas alam bebas dapat menjadikan kita manusia bermental tangguh dan unggul karena kita terbiasa menghadapi situasi sulit. Sehingga keuletan kita dalam menempuh pendidikan harusnya pun tangguh dan penuh kedisiplinan.

Almarhum  Dr. Djasli Djamarus seorang dosen dan anggota Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung, Wanadri pernah berkata, “Bahwa kita adalah insan terpilih yang memiliki kemampuan di atas rata-rata dalam mengarungi semudera pendidikan dan kehidupan”. Penulis merasa lebih tua dari adik adik penggiat alam, terusik untuk menyemangati agar mereka belajar dan berprestasi.

Hambatan yang dialami pada indeks prestasi dari mahasiswa yang tergabung di Mapala antara lain adalah motivasi dari sesama anggota organisasi Mapala untuk pencapaian indeks prestasi masih kurang. Kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan lebih banyak mengacu pada keterampilan pecinta alam, sedangkan kegiatan yang dapat membantu dalam pencapaian prestasi akademik masih minim. Kurangnya kesadaran anggota akan kedisiplinan dan tanggung jawab dalam kegiatan perkuliahan. Sehingga anggota cenderung berorganisasi daripada kuliah.

Dari hambatan yang ada, maka perlu kiranya ada perbaikan-perbaikan yang dilakukan. Baik itu dalam hal kegiatan dan yang terpenting adalah perbaikan diri para anggota. Dengan demikian akan terwujud suatu program dan keinginan dari anggota untuk pencapaian indeks prestasi yang baik.

Maka kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada organisasi kemahasiswaan terutama Mapala tidak bisa hanya mencakup keterampilan, akan tetapi ada baiknya apabila kegiatan yang Mapala lakukan dapat membantu mahasiswa yang mengikuti organisasi tersebut dalam pencapaian indeks prestasi yang baik.

Jika masih banyak anggota yang memiliki indeks prestasi yang kurang baik, tetapi jika tidak segera mendapatkan perhatian yang baik serta penanganan yang ketat, maka hal itu akan menjadi masalah yang besar.

Selayaknya dengan solidaritas yang diajarkan di organisasi, maka antar anggota  dapat mempengaruhi anggota yang lain dalam hal kedisiplinan demi pencapaian prestasi akademiknya, untuk itu pembinaan dan bimbingan perlu terus ditingkatkan.

Maka pada setiap kegiatannya, senior dan seluruh anggota dapat memacu dan memotivasi para anggotanya agar memiliki keinginan dan terpacu untuk pencapaian indeks prestasi yang baik. Bukan mustahil jika kegiatan yang mengacu pada kegiatan perkuliahan, seperti pemberian materi mengenai karya tulis ilmiah, dapat diterapkan pada penyusunan skripsi, pengajuan judul, proposal yang bisa dipresentasikan kepada kepengurusan untuk dievaluasi dan diobservasi. Atau bisa saja  dengan memberlakukan peraturan yang memberikan sanksi kepada anggota Mapala yang mendapat indeks prestasi kurang dari 3.00.

Dengan demikian maka perbaikan dan peningkatan kegiatan akan terus diupayakan demi pencapaian indeks prestasi yang baik. Organisasi Mapala harus dapat memberikan kontribusi yang positif bagi setiap anggotanya dengan memberikan keterampilan yang sesuai dengan minat dan bakat anggotanya baik teknis maupun akademis, ataupun kontribusi yang sifatnya menunjang kegiatan akademik anggotanya. Dengan demikian, organisasi Mapala tidak menjadi penghambat pencapaian indeks prestasi pada anggotanya.  (Imung).

Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.