Caption foto : Talkshow Cara Menjadi Relawan Garis Depan yang diselenggarakan Mapala Satria Universitas Muhammadiyah Purwokerto dihadiri 140 orang. Mereka adalah utusan 40 organisasi pecinta alam di berbagai daerah. (WARTAPALA INDONESIA / Tarang Mapsa)
WartapalaIndonesia.com, JAKARTA – Relawan garis depan adalah relawan yang mendatangi lokasi bencana yang sulit dimasuki untuk mendampingi korban bencana.
Lokasi bencana menjadi sulit dimasuki relawan karena beberapa hal. Misalnya karena letaknya yang terpencil dan terisolir.
Demikian kata penulis buku berjudul Cara Menjadi relawan Garis Depan di Lokasi Gempa, Ahyar Stone, di depan 140 orang utusan 40 organisasi pecinta alam berbagai daerah yang yang mengikuti acara Talkshow Cara Menjadi Relawan Garis Depan.
Talkshow diselenggarakan Mapala Satria Universitas Muhammadiyah Purwokerto (Mapsa UMP). Berlangsung di Aula Rektorat universitas Muhammadiyah Purwokerto. Pada Jumat, 26 April 2024.
“Menjadi relawan garis depan, berarti tinggal bersama korban gempa di desa terpencil dan terisolir. Tinggal di sana untuk melakukan pendampingan,” terang Ahyar.
Desa terpencil dan terisolir lanjut Ahyar, memiliki banyak keterbatasan dan kekurangan. Kondisi ini bakal tambah parah saat desa bersangkutan kena gempa.
Oleh karena, itu perlu syarat tertentu untuk menjadi relawan garis depan.
Syarat tertentu itu urai Ahyar adalah wajar. Sebab lokasi yang “tidak biasa”, jelas memerlukan sosok yang “tidak biasa” pula.
“Pecinta alam adalah kelompok yang potensial menjadi relawan garis depan,” kata Ahyar.
Pecinta alam punya pengetahuan, keterampilan dan pengalaman yang relevan terhadap situasi dan kondisi lokasi gempa yang sulit didatangi.
Pecinta alam juga memiliki kemampuan fisik dan kekuatan mental guna bertahan hidup di lokasi ekstrem yang asing bagi mereka.
Semua itu tegas Ahyar, dibutuhkan untuk melakukan pendampingan di desa terpencil dan terisolir yang jauh dari mana-mana. Termasuk jauh dari rasa nyaman dan aman.
Meski demikian kata Ahyar mengingatkan, pintu menjadi relawan garis depan tak cuma terbuka untuk kalangan pecinta alam.
Anggota organisasi apa pun, sebenarnya dapat menjadi relawan garis depan, serta punya peluang luas berkiprah di desa terpencil dan terisolir.
Hanya saja, mereka mungkin belum memiliki referensi untuk melakukannya.
“Buku ini bisa jadi referensi,” imbuh Ahyar.
Pantas menjadi referensi karena berisi petunjuk praktis yang perlu dilakukan relawan garis depan. Dari hendak berangkat ke lokasi bencana hingga sudah berada di desa terpencil dan terisolir yang didampingi.
Mulai dari persiapan menjelang berangkat ke daerah yang terkena gempa, cara survei ke desa terpencil dan terisolir, cara mendirikan posko kemanusiaan.
Juga cara mendatangkan bantuan, bentuk-bentuk kegiatan kemanusiaan untuk melakukan pendampingan, hingga cara membuat laporan usai menyelenggarakan operasi kemanusiaan
“Karena isinya lengkap dan mudah dipahami. Usai membaca buku ini, orang pasti langsung siap menjadi relawan garis depan,” jelas Ahyar.
Mengisi Pelatihan Hingga ke Timor Leste
Sementara itu, Sekretaris Umum SARMMI Ridwan Sidiq yang turut menjadi narasumber, menerangkan, buku yang ditulis Ahyar, berisi pengalaman nyata Ahyar bersama relawan SARMMI mendampingi warga di sejumlah kejadian gempa di berbagai daerah.
“Cara yang dipakai relawan SARMMI, terbukti praktis, berhasil dan bermanfaat,” kata Ridwan.
Diakui oleh Ridwan, pelatihan kerelawanan yang selama ini diselenggarakan di berbagai daerah di Indonesia, hasilnya terbukti bermanfaat.
Bahan bacaan tentang kerelawanan yang bertebaran di media online dan buku cetak, juga meluaskan cakrawala pandang para relawan.
Tetapi dari sejumlah pelatihan dan sekian banyak bacaan lanjut Ridwan, nyaris belum ada yang spesial membahas relawan garis depan, berikut pola pendampingan terhadap korban gempa di desa terpencil dan terisolir.
“Itulah alasan pokok SARMMI menghadirkan buku ini. Sebagai edukasi bagi siapa saja yang berniat jadi relawan garis depan,” jelas Ridwan.
Buku Cara Menjadi Relawan Garis Depan di Lokasi Gempa, sejak terbit perdana Februari 2024, berbagai komunitas langsung menyambutnya antusias.
Dalam 2 bulan ke depan Ahyar dan tim SARMMI akan mengisi 5 acara relawan garis depan. Ada yang berbentuk bedah buku, seminar, talkshow dan pelatihan.
“Acaranya tidak hanya di Indonesia. Tim SARMMI bahkan diundang ke Tinor Leste. Untuk mengisi pelatihan relawan garis depan,” pungkas Ridwan. (AS)
Kontributor || Danang Arganata, WI 200050
Editor || Nindya Seva Kusmaningsih, WI 160009
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)