Diklatsar, Pentingkah?

Oleh : Henry Setiawan
Pendiri dan Pelatih Sispala Swapala kalijaga SMAN 1 Demak

Wartapalaindonesia.com, EDUKASI Kita memang sudah terbiasa mendengar kata “Diklatsar”. Namun hingga saat ini pengetahuan tentang apa itu Diklatsar masih banyak yang belum benar-benar memahami. Masih banyak kalangan yang menganggap bahwa Diklatsar merupakan sebuah kegiatan yang sangat menyeramkan dan membahayakan. Khususnya di kalangan pegiat kegiatan alam bebas.

Hal itu tak bisa dipungkiri karena memang faktanya pernah terjadi hal “buruk” saat Diklatsar hingga menyebabkan jatuhnya korban jiwa. Contohnya pernah terjadi siswa Diklatsar salah satu Mapala di Semarang meninggal dunia saat kegiatan Diklatsar di Gunung Ungaran. Atau sebuah Sispala di Jakarta juga pernah terjadi salah satu peserta Diklatsar meninggal dunia karena tindak kekerasan seniornya. Dan masih ada lagi kasus-kasus lainnya.

Akan tetapi, masih banyak pihak yang menganggap bahwa Diklatsar adalah sebuah kegiatan yang sangat penting, sangat bermanfaat bagi generasi muda pada khususnya. Lantas dimana nilai penting dan manfaatnya? Berikutnya penulis akan mengulas tentang Diklatsar. Penyebab terjadinya korban, cara antisipasi, serta tentu saja nilai penting dan manfaat Diklatsar.

Penyebab Terjadinya Hal Buruk Saat Diklatsar
Diklatsar merupakan singkatan dari Pendidikan dan Latihan Dasar. Sesuai dengan namanya, maka kegiatan Diklatsar bertujuan untuk melatih dan mendidik dasar-dasar pengetahuan dan kemampuan anggota atau calon anggota pada suatu organisasi atau komunitas.

Khusus untuk organisasi pegiat alam bebas seperti pendaki dan penempuh rimba, Mapala dan Sispala memang memiliki metode khusus yang bisa dikatakan keras dan tegas pada pelaksanaan Diklatsar, bahkan mirip dengan pendidikan militer. Hal itu bertujuan karena anggota organisasi ini memang harus ditempa sedemikian rupa supaya memiliki fisik yang kuat, mental yang tangguh dan pengetahuan yang mumpuni. Karena kemampuan-kemampuan tersebut sangat dibutuhkan saat berkegiatan nantinya di alam bebas dan di organisasi.

Tetapi dengan metode pendidikan keras seperti itu, sangat berpotensi menimbulkan bahaya keselamatan. Seperti kelelahan berlebih, tersesat, kecelakaan, dan lain-lain. Belum lagi masalah senioritas yang sering salah kaprah dalam penempatannya. Sering terjadi juga seorang senior melakukan perbuatan semena-mena kepada para siswanya, bahkan hingga melakukan tindakan kekerasan seperti pemukulan.

Mereka berdalih dengan tujuan mendidik, tetapi sesungguhnya alasan utamanya adalah balas dendam karena mereka juga diperlakukan serupa saat mereka menjalani Diklatsar sebelumnya. Hal itu tentu saja salah kaprah. Kekerasan yang membudaya secara turun temurun seperti itu bukannya membuat seorang siswa terdidik seperti pada tujuan awal Diklatsar, tetapi malah membuat siswa menjadi pendendam dan akan menciptakan eksekutor baru untuk bertugas pada Diklatsar berikutnya. Maka dari itu, kita harus menghentikan budaya seperti itu, supaya tujuan Diklatsar yang sesungguhnya bisa tercapai.

Cara Antisipasi Hal Buruk Saat Diklatsar
Sebelum kita melakukan antisipasi atau pencegahan terhadap hal buruk yang memungkinkan terjadi saat Diklatsar, kita harus memiliki data faktor-faktor risiko yang sangat mungkin terjadi. Beberapa di antaranya adalah faktor kemampuan fisik siswa, faktor kondisi alam (cuaca dan tantangan medan), faktor pendidik atau instruktur dan materi Diklatsar, serta faktor non teknis (administrasi dan perijinan).

Dari beberapa faktor tersebut kita bisa menjabarkan lagi lebih rinci beserta antisipasinya seperti di bawah ini :

1. Faktor Kemampuan Fisik Siswa
Setiap orang tentunya memiliki kemampuan fisik yang berbeda-beda. Oleh karena itu para stake holder harus memiliki kejelian tinggi terhadap kemampuan fisik setiap siswa. Pendataan terhadap kondisi fisik sebelum pelaksanaan Diklatsar wajib dilakukan. Data-data tersebut nanti bisa berguna untuk antisipasi hal-hal buruk yang berkaitan dengan kondisi fisik siswa saat di lapangan. 

Lakukanlah pendataan sedetil mungkin, ketahui riwayat kesehatan siswa, dan selalu lakukan pengontrolan saat kegiatan.

Saat kegiatan Diklatsar, kita boleh terus menekan kemampuan fisik siswa hingga pada batasnya, bahkan melampui batasnya. Akan tetapi kita juga harus selalu waspada pada gejala-gejala pada kondisi fisik siswa.

Saat siswa terlihat sangat kelelahan, kekurangan cairan, kekurangan asupan energi, dan lain-lain, kita harus mengetahui dan segera lakukan tindakan pencegahan.

Panitia Diklatsar juga harus mempersiapkan tim medis khusus untuk antisipasi hal-hal buruk yang terjadi. Tim medis tersebut harus menguasai kemampuan PPGD dan perawatan-perawatan pada kondisi apa pun.

Perhatikan asupan gizi dan energi siswa. Meskipun mereka sedang menjalani sesi pendidikan survival, panitia juga harus mempersiapkan antisipasi jika ada siswa yang gagal melakukan praktik survival.

2. Faktor Kondisi Alam
Sebelum Diklatsar dilaksanakan, panitia harus memastikan lokasi kegiatan aman dan dikuasai. Artinya, panitia harus benar-benar melakukan survey pada lokasi kegiatan dan memastikan setiap sesi yang dijalani oleh para siswa tidak membahayakan keselamatannya.

Penguasaan medan oleh para panitia dan instruktur sifatnya wajib. Seorang senior harus benar-benar memahami karakteristik lokasi kegiatan. Kontur-konturnya, jalur perjalanan, kemungkinan-kemungkinan kondisi cuaca, jalur evakuasi, dan lain-lain. Jika hal tersebut tidak dilakukan dan dikuasai, maka sangat berpotensi terjadi hal buruk seperti tersesat, jatuh, kurangnya pengaman jika terjadi cuaca buruk, dan lain-lain. Dan tentu saja sangat berpotensi jatuhnya korban jiwa.

Jangan pernah melakukan kegiatan Diklatsar di lokasi yang benar-benar baru dan sangat sedikit dari tim panitia dan instruktur yang menguasainya. Sangat berbahaya!

Dengan menguasai kondisi medan, para senior juga bisa dengan cepat bertindak dan melakukan evakuasi jika terjadi kegagalan pada siswa saat melakukan praktik navigasi darat. Karena resiko utama kegagalan navigasi darat adalah tersesat.

3. Faktor Pendidik dan Materi Pendidikan
Faktor yang ketiga ini adalah yang terpenting dari seluruh faktor lainnya. Sesuai dengan nama kegiatannya yaitu Pendidikan dan Latihan Dasar, maka harus sangat memperhatikan siapa dan bagaimana pendidiknya, serta apa dan bagaimana materi pendidikannya. Karena kunci keberhasilan Diklatsar ada di sini.

Dalam sebuah kegiatan Diklatsar, baik setingkat Sispala, Mapala atau bahkan organisasi besar seperti Wanadri, pendidik, pemateri atau instruktur haruslah orang-orang yang benar-benar berkompeten sesuai dengan bidangnya masing-masing. Kita tidak bisa sembarangan memberi materi saat Diklatsar karena pendidikan Diklatsar ini mirip sekali dengan doktrinasi. Jika doktrin yang kita berikan tidak benar, maka akan menjadi tidak benar pula hasil pendidikannya.

Dalam materi kepemimpinan, harus diampu oleh orang yang benar-benar paham dan menguasai bagaimana menjadi pemimpin dan berorganisasi. Dalam materi kedisiplinan dan loyalitas, harus diampu oleh orang yang benar-benar memiliki kedisiplinan dan loyalitas yang sangat tinggi dan lain sebagainya.

Sebagai contoh, di organisasi Sispala Swapala Kalijaga SMAN 1 Demak, saat kegiatan Diklatsar para senior baru yang masih dalam tahap belajar belum diijinkan memberi materi. Mereka cukup sebagai panitia pelaksana kegiatan sambil belajar bagaimana mendidik dengan baik. Sedangkan yang bertugas memberikan materi adalah para alumni yang telah banyak memiliki pengalaman dan kemampuan, serta para instruktur yang jelas sudah terbukti kemampuannya.

Sistem seperti itu juga dilakukan dengan alasan, para alumni dan instruktur jelas sudah memiliki kedewasaan, baik dalam berfikir maupun bertindak serta memiliki kesabaran yang lebih. Jadi tidak akan terjadi kekerasan fisik dikarenakan seniornya terpancing emosi. Selain itu, kontrol dari para instruktur juga memiliki peran yang sangat vital. Para instruktur harus mampu melakukan pengontrolan pada tensi-tensi saat kegiatan Diklatsar. Jadi tidak akan terjadi kekerasan fisik dan bullying.

Selain dari sisi pemilihan pemateri dan instruktur yang mumpuni, penyusunan materi-materi Diklatsar juga sangat penting. Sampai saat ini memang belum ada standarisasi kurikulum Diklatsar yang berlaku secara nasional, disesuaikan dengan tingkat organisasi dan disahkan oleh badan yang berkompeten. Jadi setiap organisasi menyusun sendiri kurikulumnya sesuai dengan kemampuan, karakter dan keinginan dari organisasi tersebut.

Akan tetapi dalam penyusunan kurikulum tersebut harus benar-benar memperhatikan sisi manfaat atau hasil pendidikan dan kemampuan dalam melaksanakan. Sebisa mungkin kurikulum Diklatsar harus lebih condong ke arah pendidikan karakter, mental, kepribadian, loyalitas, kedisiplinan, kepemimpinan dan keorganisasian, serta pendidikan kepedulian sosial.

Sedangkan pendidikan materi teknis bersifat sebagai pelengkap. Alasannya adalah, Diklatsar merupakan sebuah titik utama pembangunan pondasi pada diri setiap siswa. Membangun pondasi harus dengan materi yang tepat dan komposisi yang benar, karena pondasi merupakan penopang utama bangunan di atasnya.

Dengan keberhasilan pembentukan pondasi saat Diklatsar, maka penambahan materi lainnya akan berjalan lebih mudah nantinya. Ingat, Diklatsar bukan akhir dari proses pendidikan. Diklatsar adalah awal proses pendidikan yang akan berlanjut pada pendidikan-pendidikan selanjutnya.

Faktor Non Teknis
Faktor non teknis ini bisa berupa hal-hal yang berkaitan dengan administrasi dan perizinan. Memang bukan faktor yang paling penting, tetapi tidak boleh ditinggalkan. Dalam setiap kegiatan apapun, terutama Diklatsar, hal-hal yang berkaitan dengan administrasi harus diperhatikan. Seperti halnya legalitas organisasi, administrasi kegiatan (proposal, data-data, dan lain-lain), serta izin kegiatan.

Legalitas organisasi sifatnya penting karena bisa menjadi kekuatan hukum dan perlindungan jika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan. Untuk organisasi Sispala dan Mapala memang tidak perlu terlalu memusingkan mengenai legalitas ini karena secara otomatis mereka sudah legal berdasarkan institusi yang membawahinya. Tetapi untuk organisasi umum, setidaknya harus ada legalitas minimal dari pejabat daerah tempat organisasi tersebut berkedudukan.

Jika organisasi tersebut sudah ada legalitas, maka untuk pengurusan perizinan akan menjadi lebih mudah karena sudah ada pihak-pihak yang bertanggung jawab. Terutama izin mengikuti kegiatan Diklatsar dari para siswa kepada orang tua atau walinya.

Saat pengajuan izin juga organisasi harus memberikan penjelasan kepada orang tua siswa perihal apa itu Diklatsar, manfaat Diklatsar, lama kegiatan, isi kegiatan, serta beberapa potensi resiko-resiko dan cara organisasi mengantisipasinya. Sehingga ketika orang tua memberikan izin, mereka benar-benar bisa memahami bahwa anaknya mengikuti kegiatan pendidikan yang memiliki manfaat besar, bukan sekedar kegiatan perpeloncoan yang kosong manfaat.

Selain surat ijin mengikuti kegiatan, izin ke instansi atau pihak terkait juga wajib dilakukan. Hal ini berguna sebagai perlindungan baik keamanan maupun keselamatan selama kegiatan.

Manfaat Diklatsar
Dari uraian yang telah ditulis di atas, sebetulnya sudah dijelaskan tentang manfaat Diklatsar. Beberapa di antaranya adalah membentuk dan melatih kekuatan fisik, kekuatan mental, kepribadian, kepekaan terhadap situasi dan kondisi, kerja sama, kepedulian terhadap sesama, loyalitas, dedikasi, kedisiplinan, kepemimpinan, keorganisasian, dan kemampuan-kemampuan teknis sesuai dengan ciri dan karakter organisasi.

Terlihat begitu banyak hasil yang bisa didapatkan hanya dengan satu paket kegiatan Diklatsar. Apakah ini mungkin? Tentu saja mungkin, karena dalam satu paket kegiatan Diklatsar para siswa tidak hanya ditempa secara langsung oleh para pemateri atau instruktur saja. Kondisi alam dan tantangan medan juga ikut menempa mereka, mengasah kemampuan berpikir hingga mampu mengambil keputusan-keputusan dengan cepat, tepat dan taktis, serta dapat memicu setiap siswa untuk bekerja sama menyelesaikan segala masalah dan tantangan yang dihadapinya, secara otomatis kemampuan organisasi dan kepemimpinan akan terasah.

Kemampuan-kemampuan seperti itu bisa dengan mudah dididik dalam satu paket kegiatan Diklatsar. Materi-materi yang telah tersusun dalam satu kurikulum sudah memikirkan bagaimana cara melakukannya dan apa hasilnya. Dan itu semua hanya bisa didapatkan melalui Diklatsar. Dan tentu saja segala kemampuan tersebut tidak akan mungkin bisa didapatkan hanya dari bangku pendidikan formal.

Segala hasil pendidikan dalam Diklatsar juga sangat berguna pada masa depan setiap siswa, bukan hanya pada jangka waktu yang singkat. Dengan memiliki kemampuan-kemampuan hasil Diklatsar, para siswa diharapkan bisa menjadi bibit pemimpin di masa depan. Karena sudah sejak dini mereka dididik kemampuannya untuk memimpin, berorganisasi, memiliki loyalitas tinggi, disiplin, peduli terhadap lingkungan dan sesama, serta tentu saja tabah dan pantang menyerah.

Satu hal lagi manfaat mengikuti Diklatsar adalah sebuah pelajaran untuk bisa menghargai hasil yang telah dicapai dengan cara yang sulit dan berat. Untuk mendapatkan status keanggotaan organisasi, seorang siswa harus melewati proses Diklatsar yang sangat berat. Oleh karena itu, diharapkan setiap siswa mampu menghargai perjuangannya dengan cara memiliki loyalitas, dedikasi dan rasa memiliki yang sangat tinggi terhadap organisasinya.  

Lantas apakah tanpa mengikuti Diklatsar seseorang masih bisa dan boleh menjadi pendaki gunung dan penempuh rimba? Tentu saja bisa. Tidak ada satu pun pihak yang melarang seseorang menjadi pendaki gunung dengan cara apa pun. Akan tetapi akan terlihat berbeda baik cara beraktifitas maupun cara memberikan timbal balik kepada alam dan sesama. Serta belum tentu memiliki kemampuan-kemampuan seperti yang telah dijabarkan di atas.

Maka ketika muncul pertanyaan “Diklatsar, pentingkah?” maka jawabannya adalah sangat penting. Jika ada kekhawatiran mengenai hal-hal buruk yang akan terjadi saat Diklatsar, maka sebaiknya yang diperbaiki adalah sistem, dan kurikulumnya seperti yang sudah dijabarkan di atas. Bukan menghilangkan kegiatan Diklatsar atau bahkan menghapuskan organisasinya.

“Sebuah pedang bisa menjadi tajam dan kuat hanya dengan cara ditempa dengan sangat keras dan dibakar dengan api” (hs).

Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.