Ekowisata Berkelanjutan: Antara Keindahan Alam dan Manajemen Risiko

Oleh: Ida Bagus Arya Yoga Bharata
Anggota Mapala Loka Samgraha
Mahasiswa Magister Manajemen Lingkungan Univ. Pendidikan Ganesha

Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – Wisata alam semakin diminati sebagai alternatif bagi mereka yang ingin melepas penat dari kehidupan perkotaan. Dari pendakian gunung, arung jeram, canyoning, hingga snorkeling, keindahan alam memberikan pengalaman luar biasa bagi wisatawan.

Namun, di balik keindahan itu, ada tantangan besar yang sering terabaikan: risiko keselamatan dan dampak lingkungan.

Saat ini, banyak destinasi wisata alam di Indonesia belum memiliki manajemen risiko yang memadai. Kasus kecelakaan seperti pendaki yang tersesat, banjir bandang di air terjun, dan kecelakaan arung jeram sering terjadi, menunjukkan bahwa masih ada celah dalam pengelolaan keselamatan wisatawan.

Jika dibiarkan, bukan hanya nyawa manusia yang terancam, tetapi juga kelestarian alam yang menjadi daya tarik utama ekowisata.

Lantas, bagaimana seharusnya ekowisata dikelola agar tetap aman bagi wisatawan dan tidak merusak lingkungan?

Manajemen Risiko dalam Wisata Alam: Antara Keselamatan dan Kelestarian
Manajemen risiko dalam wisata alam mencakup identifikasi, evaluasi, dan pengendalian bahaya yang mungkin terjadi. Dalam praktiknya merujuk kepada salah satu seorang anggota Wanadri yakni Djukardi Adriana (2017), bahaya yang dapat memberikan risiko dalam wisata alam bisa dikategorikan menjadi dua:

1. Bahaya Subjektif – Bahaya yang berasal dari wisatawan sendiri, seperti kurangnya persiapan fisik, ketidaktahuan tentang medan, atau kelalaian dalam menggunakan peralatan keselamatan.

2. Bahaya Objektif – Bahaya yang berasal dari alam, seperti perubahan cuaca ekstrem, tanah longsor, banjir bandang, atau arus laut yang kuat.

Untuk memitigasi bahaya ini, metode manajemen risiko seperti Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA) dan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) perlu diterapkan. Metode ini memungkinkan pengelola wisata untuk mengidentifikasi potensi bahaya, menilai tingkat keparahannya, dan merancang langkah-langkah pencegahan sebelum bahaya terjadi.

Sebagai contoh, dalam wisata canyoning, risiko seperti tali yang putus atau banjir bandang dapat dikurangi dengan inspeksi rutin terhadap peralatan dan pemantauan kondisi cuaca sebelum aktivitas dilakukan.

Ekowisata: Tidak Sekadar Wisata, tetapi Juga Konservasi
Ekowisata bukan sekadar menikmati keindahan alam, tetapi juga tentang tanggung jawab terhadap lingkungan dan masyarakat lokal.

The International Ecotourism Society (TIES) mendefinisikan ekowisata sebagai “Perjalanan yang bertanggung jawab ke kawasan alami yang melestarikan lingkungan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat setempat.”

Tiga Prinsip Utama Ekowisata adalah:
1. Kelestarian Ekologi – Menjaga ekosistem tetap utuh dengan mengurangi dampak negatif dari aktivitas wisata.
2. Kelestarian Budaya – Menghormati dan mempertahankan budaya lokal yang menjadi bagian dari daya tarik wisata.
3. Partisipasi Masyarakat Lokal – Memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat sekitar melalui keterlibatan dalam pengelolaan wisata.

Namun, dalam praktiknya, banyak destinasi wisata alam masih beroperasi dengan konsep wisata massal yang cenderung eksploitatif. Misalnya, lonjakan wisatawan yang tidak terkendali di beberapa air terjun menyebabkan pencemaran dan erosi tanah. Jika tidak dikelola dengan baik, hal ini bisa merusak daya tarik utama wisata itu sendiri.

Mengintegrasikan Manajemen Risiko dengan Ekowisata
Untuk mewujudkan ekowisata yang benar-benar berkelanjutan, manajemen risiko harus menjadi bagian dari perencanaan wisata sejak awal. Berikut adalah langkah-langkah yang bisa diterapkan:

1. Identifikasi dan Evaluasi Risiko
– Menggunakan metode SWOT (Strength, Weakness, Opportunity, Threat) untuk identifikasi awal dan metode Risk Assessment (HIRA) dan Hazard Identification Risk Assessment and Risk Control (HIRARC) menganalisis potensi risiko di suatu destinasi wisata.
– Menentukan titik-titik bahaya, seperti jalur pendakian yang rentan longsor atau sungai yang rawan banjir bandang.

2. Pengelolaan Wisata yang Berbasis Mitigasi Risiko
– Membangun jalur aman dengan rambu-rambu yang jelas.
– Melibatkan pemandu wisata yang memiliki sertifikasi keselamatan dan pengetahuan mitigasi bencana.
– Memastikan setiap wisatawan memiliki perlengkapan keselamatan yang sesuai dengan aktivitas yang mereka lakukan.

3. Pemanfaatan Teknologi untuk Keselamatan dan Pemantauan Lingkungan
– Menggunakan aplikasi berbasis GPS untuk memantau pergerakan wisatawan di jalur pendakian.
– Menerapkan sistem peringatan dini terhadap cuaca ekstrem untuk aktivitas wisata di sungai dan laut

4. Mendorong Partisipasi Masyarakat Lokal
– Melibatkan komunitas lokal dalam pengelolaan wisata, baik sebagai pemandu maupun dalam pemeliharaan infrastruktur wisata.
– Memberikan edukasi kepada masyarakat dan wisatawan tentang pentingnya konservasi lingkungan.

Ekowisata yang Aman dan Berkelanjutan adalah Kunci
Ekowisata seharusnya tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi semata, tetapi juga mempertimbangkan keselamatan wisatawan dan kelestarian lingkungan.

Manajemen risiko yang baik akan memastikan bahwa wisata alam tetap menjadi pengalaman yang menyenangkan dan bebas dari ancaman yang tidak perlu.

Jika kita ingin menikmati keindahan alam dalam jangka panjang, sudah saatnya kita mengubah cara kita mengelola wisata. Ekowisata yang dikelola dengan baik bukan hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga menjaga kelestarian lingkungan dan budaya lokal.

Sebagai wisatawan, kita juga memiliki peran dalam menjaga keberlanjutan wisata alam. Dengan memahami risiko dan mengikuti aturan yang telah ditetapkan, kita bisa menjadi bagian dari solusi, bukan sumber masalah.

Jadi, apakah kita siap untuk berwisata dengan lebih bertanggung jawab? (ib)

Foto || Ida Bagus Arya Yoga Bharata
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

 

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.