Mitigasi, Konservasi “Back to Nature”

Caption foto : Penulis (kaos biru laut) menanam bibit pohon bersama Kepala BNPB Letnan Jenderal TNI Suharyanto, S.Sos., M.M. dan Sekda Jatim 2023 (samping kanan memakai PDL orange) yang sekarang menjadi PJ. Gubernur Jatim Adhy Karyono, A. Ks., M. A. P (WARTAPALA INDONESIA / AJ. Purwanto)

Oleh : AJ. Purwanto
Pembina di R-KomPAS (Rumah- Komunitas Pecinta Alam Senusantara)

Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – Perubahan lingkungan, pola hidup manusia dan pola penyakit telah melandasi pemikiran kembali ke alam dalam pengobatan. Peningkatan pemikiran untuk kembali ke alam, didukung oleh pemanfaatan herbal untuk menggantikan biaya pengobatan yang mahal.

Pandangan kembali ke alam dalam hal pengobatan, juga meningkat seiring meningkatnya laporan dari efek samping obat modern.

Kembali ke alam menjadi konsep untuk mencapai kesehatan yang optimal dengan memanfaatkan kembali pengobatan berbagai penyakit secara alami.

Pemakaian kembali pengobatan herbal oleh masyarakat di dunia, merupakan tanda kesadaran akan konsep kembali ke alam.

Kesadaran masyarakat dunia akan bahaya dari bahan kimia dalam obat dan makanan, telah mengembangkan gaya hidup kembali ke alam.

Pada masyarakat yang cenderung menjaga kesehatan tubuh, kembali ke alam menjadi suatu gaya hidup. Pandangan yang muncul bahwa kesehatan ditentukan dari apa yang dimakan.

Penyakit akan timbul dari pola makan yang buruk. Sedangkan kebugaran dan kesehatan, akan terjaga melalui pola makan yang baik. Pada pandangan ini, pola perilaku makan dan kesehatan memiliki hubungan yang sebanding.

Oksigen adalah unsur penting yang dibutuhkan oleh tubuh manusia untuk menjalankan fungsi-fungsi organ secara baik. Sekitar 20,93 % udara bebas  di sekitar kita adalah oksigen.

Lalu, berapa banyak sebenarnya kebutuhan oksigen manusia dalam sehari?

Dalam satu menit, rata-rata manusia dewasa menghirup udara sebanyak 7-8 liter udara. Jika dikalkulasi dalam satu hari, maka kurang lebih seorang manusia rata-rata menghirup udara sebanyak 11.000 liter.

Hitungan tadi terjadi dalam suatu aktifitas normal. Jika pada hari itu seseorang melakukan aktivitas yang lebih banyak dan aktif, maka udara yang dihirup akan semakin banyak pula, bisa mencapai 12.000 liter udara perhari.

Dari total sekitar 11.000 liter udara perhari yang kita hirup, sekitar 20%-nya merupakan Oksigen. Artinya, perhari seorang manusia menghirup sekitar 2.200 liter oksigen.

Angka itu, jika dihitung berdasarkan harga oksigen yang beredar di pasaran, yakni Rp 25.000 per liter, maka jika dinominalkan dalam bentuk rupiah, nilai oksigen yang kita hirup perharinya adalah Rp 5.500.000,-.

Jika nilai itu dikalikan dengan 365 hari, maka akan didapatkan jumlah oksigen yang harus kita bayar selama setahun adalah sebesar Rp. 2.007.500.000.

Angka yang tentunya cukup fantastis bagi kita semua untuk memenuhi kebutuhan oksigen individu. Apalagi jika dikalikan dengan anggota keluarga dalam sebuah rumah. (Catatan : ini belum termasuk Nitrogen yg ikut terhirup dalam udara lho).

Demikianlah harga sebuah tarikan nafas gaes, jika kita hitung-hitung secara rupiah, akan berharga sangat mahal.

Melihat hal ini, maka tidak ada alasan lagi bagi kita untuk tidak memperbesar rasa syukur kita kepada Allah SWT yang telah memberikan kita nikmat yang sangat banyak. Salah satunya berupa oksigen  yang bisa kita nikmati kapan pun secara gratis sampai saat ini.

Dari sahabat Jabir ra, Rasulullah saw bersabda : “Tiada seorang muslim yang menanam pohon atau tumbuhan lalu dimakan oleh seseorang, hewan ternak, atau apapun itu, melainkan ia akan bernilai sedekah bagi penanamnya”. (HR. Muslim).

Hadits sahabat Anas bin Malik ra, Rasulullah SAW bersabda : “Ada tujuh yang pahalanya mengalir terus kepada seseorang di alam kuburnya :

  1. Orang yang mengajarkan ilmu.
    2. Orang yang mengalirkan (mengeruk atau meluaskan) sungai.
    3. Orang yang menggali sumur.
    4. Orang yang menanam pohon kurma.
    5. Orang yang membangun masjid.
    6. Orang yang mewariskan mushaf.
    7. Orang yang meninggalkan anak keturunan yang memintakan ampunan baginya sepeninggal kematiannya”.
    (HR Al-Bazzar, Abu Nu’aim, dan Al-Baihaqi).

Penanaman pohon dan penghijauan dunia. Di sisi lain juga melarang untuk menebang atau merusak kerusakan di bumi. Sebagai khalifah di bumi, kita dituntut untuk menjaga lingkungan, sebagaimana firman Allah SWT :

”Dan bila dikatakan kepada mereka : janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi. Mereka menjawab : sesungguhnya kami orang-orang yang mengadakan perbaikan”. (Q.S. Al Baqarah :11)

Namun sayang, semakin berkembangnya zaman, semakin banyak manusia yang merusak lingkungan. Berbagai kehancuran dan kerusakan terjadi dimana-mana hingga menimbulkan banyak bencana.

Sesuai firman Allah SWT dalam Al Quran : ”Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)”. (Q.S. Ar Rum : 41)

Oleh karena itu, manusia sebagai khalifah fil ard hendaknya selalu menjaga bumi ini dengan sebaik-baiknya dan dilarang merusak lingkungan, karena pada dasarnya bumi yang kita tinggali ini adalah titipan dari Allah SWT.

Begitulah perhatian Islam terhadap lingkungan, salah satunya dengan menanam pohon.

Jadi, konservasi sangatlah penting secara filsafat moral, dan gerakan konservasi yang berfokus pada perlindungan spesies dari kepunahan, pemeliharaan dan pemulihan habitat, peningkatan jasa ekosistem, dan perlindungan keanekaragaman hayati.

Caption foto : Resik-resik di area sekitar pohon ficus besar dan gayam dengan sebutan Omah Gendruwo yang berada di Kali Doro-Kali Trasi. (WARTAPALA INDONESIA / AJ. Purwanto)

Cakupan konservasi menurut International Union for Conservation of Nature and Natural Resources (IUCN), meliputi manajemen udara, air, tanah, mineral ke organisme hidup termasuk manusia. Tujuan utamanya yaitu tercipta kualitas kehidupan manusia yang meningkat.

Langkah-langkah termasuk dalam kegiatan manajemen konservasi yaitu survei, penelitian, administrasi, preservasi, pendidikan, pemanfaatan dan latihan.

Dan 5 tahun ke belakang ini, terus menyampaikan konsep 5M (menanam, menjaga, merawat, melestarikan, melindungi).

Menanam semua bisa kita lakukan, tapi harus kita jaga agar apa yang kita tanam, bisa tumbuh besar dan bermanfaat bagi makhluk Allah SWT lainnya.

Dan bagaimana kita agar bisa mandiri yang kita lakukan secara sederhana, di kuali dari kita makan buah-buahan, bijinya kita kumpulkan, dibersihkan, dikeringkan dan disemai. Setelah besar setinggi 1 meter, bisa ditanam di lokasi yang sudah di-mapping (survey).

Disinilah kemandirian setiap individual berasa peduli untuk melestarikan dan melindungi. Jangan sampai tanaman yang ditanam mati.

Ayo sadar bahwa hidup sehat sudah disiapkan alam yang harus kita jaga. Bahwa uang tidaklah ada artinya jika kita sakit. Jangan tinggalkan Air Mata, Tapi Tinggalkan Mata Air buat Generasi Keturunan Kita.

Salam lestari. Lestarikan alam.
Siapa lagi kalau bukan kita. (AJP)

Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.