Putri di Jalur Putra, Obi Mengidam Pembuat Jalur Kompetisi

Oleh : Adiseno
Mapala UI. Tokoh Pencinta Alam

Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – Dibanding pria profesi bagi perempuan masih timpang. Kesempatan berprofesi perempuan lebih sedikit. Begitu juga di dunia petualangan, termasuk di panjat tebing.

Olahraga petualangan yang diinduksi ke Olimpiade menghasilkan medali emas bagi Indonesia lewat atlit pria Veddriq Leonardo (27). Berhasil jadi pahlawan Olimpade Indonesia, Veddriq mempersembahkan medalinya untuk rekan putra satu tim, Aspar Jaelolo dan Kiromal Katibin.

Di Olimpiade kali ini jumlah atlit putri dan putra sama. Bahkan tim panjat tebing Indonesia yang bisa lolos kualifikasi Olimpiade Paris 2024 dua putra dan dua putri. Setara.

Namun dari lingkungan atlit sulit mencari yang setara dengan Janjan Garnbret (25). Atlit putri dari Slovenia ini dua kali meraih emas panjat tebing Olimpiade. Tidak ada ada atlit putra yang punya rekor meraih podium Olimpiade, podium World Cup seperti Garnbret. Alberto Gines Lopez pemenang emas panjat tebing Combined Olimpiade 2020, tidak bisa mengulangi. Ia digantikan Toby Roberts. Masih konsisten Jakob Schubert peraih perunggu Olimpiade 2020 dan di 2024. Belum ada yang setara dengan Janjan Garnbret. Timpang.

Sekali pun atlit sudah setara kebalikannya pada pendukung kompetisi panjat tebing. Kesetaraan pekerja teknis kompetisi panjat tebing sangat timpang. Di Olimpiade 2024, pembuat jalur untuk lomba panjat tebing jumlahnya 10 untuk hanya empat medali emas. Satu saja pembuat jalur perempuan, Tsukasa Mizuguchi, anggota tim pembuat jalur untuk disiplin Boulder. Masih timpang.

Pada cabor (cabang olahraga) panjat tebing PON XXI Aceh-Sumut, yang diperebutkan 16 medali emas. Jumlah rute mencapai 76 rute Boulder dan 26 rute Lead. 104 jalur dikerjakan oleh 12 pembuat jalur saja. Dan, perempuannya hanya satu, Siti Robiah Adawiyah yang dipanggil Obi.

Menyeimbangkan Ketimpangan
“Karena lebih suka kerja di lapangan,” begitu Obi menjelaskan pilihannya. Sebetulnya pilihan profesi pembuat jalur bisa dibilang paling berat. Masih ada pilihan menjadi pelatih atau juri jika berasal dari atlit seperti Obi.

“ Awalnya sih, gara gara megang klub panjat tebing, di Pengcab (Bogor) aku pelatih, “ lanjut Obi yang terakhir jadi atlit pada 2016. Ia menyadari bahwa di Bogor tidak ada pembuat jalur, hingga Mei 2023 Obi memutuskan mengambil sertifikat  C2, pembuat jalur daerah. Sudah lulus magang dan memegang sertifikat, Obi lanjut mengambil C1, pembuat jalur tingkat Nasional. Lolos kursus C1 di Jogyakarta pada Oktober 2023, Obi harus magang untuk mendapatkan sertifikat.

Karir pembuat jalur mengambil sertifikat  ada di International Federation Sport Climbing (IFSC). Jadi jenjang karir Obi setelah C1 bisa sampai internasional. Indonesia memiliki dua lulusan sertifikat  IFSC untuk pembuatan jalur. Ronald Mamarimbing dan Rindi Sufrianto, keduanya dari Jawa Timur.

Di IFSC sampai 2022 baru ada dua pembuat jalur perempuan. Keduanya dari tahun 2019, Katja Vidmar yang pertama disusul Hélène Janicot. Nah itulah, sampai Olimpiade 2024 hanya satu pembuat jalur perempuan yang terlibat.

Melihat 104 jalur yang dibuat di PON XXI, maka beban pembuat jalur cukup berat. Kebutuhan pembuat jalur perempuan untuk jalur-jalur kategori putri. Ada perbedaan morfologi antara perempuan dengan laki laki. Menurut Noah Walker dalam ulasannya mengenai kesetaraan perempuan dalam pembuat jalur di Gripped Magazine, April 2022, pernah terjadi di kompetisi nasional Amerika Serikat di mana semua pemanjat perempuan tidak bisa lompat mencapai awal jalur Lead Team Trial yang seluruh tim pembuat jalurnya adalah pria. Banyak lagi kejadian, bahkan di tingkat World Cup yang diulas Noah Walker mengenai jalur yang tidak bagus bagi atlit putri. Menurutnya karena alasan tidak ada pembuat jalur perempuan terlibat.

“Proses kreatif terjadi saat kami di dinding kompetisi,” demikian penjelasan Martin Hammerer  head route setter (Lead) di Olimpiade 2024 dalam artikel di ifsc.org. Martin Hammerer dari Austria sudah sejak 2007 menjadi pimpinan pembuat jalur Lead IFSC. Sasaran utama pembuat jalur menurut Hammerer adalah menantang dan adil, khususnya bagi atlit yang lebih kuat pada hanya salah satu disiplin dalam Combined (Lead dan Boulder). Pegangan dan pijakan disediakan penyelenggara dan para pembuat jalur menyusunnya menjadi jalur final, kemudian semi final dan kualifikasi. Demikian jelas Hammerer mengenai proses kerja timnya.

Pembuatan jalur sangat bergantung pada kreativitas tim.  Sebagaimana dijelaskan Iron Gama Mujahid Azhar Head Route Setter Lead untuk PON XXI, jalur yang porosnya bisa 15 meter atau lebih dikerjakan dua atau lebih pembuat jalur. “Ada yang kerja di bagian atas, dan di bagian bawah,” ujar head route setter asal Jabar yang lebih akrab dipanggil Iyong. Obi bekerja di jalur Lead.

Obi sendiri tidak mau diistimewakan sebagai pembuat jalur perempuan satu-satunya. Begitu yang disampaikan rekan-rekan kerjanya di kepanitiaan PON XXI.  Seperti pengakuannya yang lebih senang bekerja daripada bicara. “Karena Obi tidak biasa banyak omong orangnya, lebih baik kerja fisik daripada ngomong, lebih suka bekerja tanpa ngomong,” jelasnya menekankan. Jika mengamati kerja para pembuat jalur setelah lomba dan sampai tengah malam, bahkan dini hari, Obi memang pendiam dan selalu bekerja ketika berada di sekitar dinding kompetisi.

Hanya saja kerja keras tidak cukup untuk pembuat jalur. Ronal Novar Mamarimbing menjelaskan Obi masih perlu meningkatkan, “grade manjatnya.” Dalam dunia panjat tebing pengalaman memanjat memberikan cara pemanjatan yang bisa dipasang di jalur kreasi. Martin Hammerer menjelaskan perbendaharaan jalur yang dimiliki pembuat jalur termasuk jalur-jalur yang mereka lihat di sosial media. “Beberapa tahun lalu, saya bisa mengatakan bahwa pembuatan jalur itu lebih bebas dan mempengaruhi gaya pemanjatan,” ungkapnya dalam artikel Getting The Balance Right di situs resmi IFSC. “Jika kita melihat (jalur kompetisi) di sosial media kita dapat masukan untuk kerja kita. Pembuatan jalur dan atlit saling mempengaruhi pada saat ini.”

Obi mengakui juga bahwa ia memang seperti kata Ronal, harus meningkatkan grade-nya. “Hambatanku grade-nya. Obi kan sudah lama pensiun dari manjat,” jelasnya walau setelah berhenti sebagai atlit pada 2016, Obi menjadi pelatih Level 1 FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia), yang artinya ia juga kadang membuatkan jalur bagi siswanya.  Obi menjelaskan kekhawatirannya,“Sekarang kan grade lebih tinggi.“

Jalur-jalur panjat tebing diberikan tingkat kesulitan. Di Lead jalur tersulit di tebing alam saat ini 5.15+ (Yosemite Decimal System) atau 9 (French Grade). Untuk babak final Lead dalam kompetisi dituntut membuat jalur dengan tingkat kesulitan 5.13+ atau 8+. Banyak faktor yang menentukan tingkatan ini. Kerap terjadi satu jalur sudah didokumentasi bertingkat kesulitan tertentu, kemudian dipanjat oleh lainnya dan ditetapkan menjadi lebih rendah atau lebih tinggi. Relatif sifatnya.

“Buat jalur yang bagus, bisa dipanjat, sama menarik,” begitu Obi menjelaskan patokannya dalam bekerja. Ia juga meyakini pembuat jalur perempuan diperlukan karena jalur yang sudah dirancang harus dicoba, dan ini lebih baik untuk jalur putri dicoba pembuat jalur perempuan. Logis saja. Dirancang dan dipasang oleh pembuat jalur perempuan dan dicoba oleh pemanjat perempuan. Besar kemungkinan bisa menghindari contoh-contoh masalah yang diungkapkan Noah Walker. Pada sesi World Cup 2021 pada kategori putra pemenang dipisahkan dari capaian di jalur final. Sedangkan pada kategori putri, beberapa yang masuk dengan nilai sama hingga harus dipisahkan dengan aturan waktu atau nilai pada babak sebelumnya. Bukan jalur yang  bisa dipanjat dan menarik seperti yang diinginkan Obi.

Top Masih Jauh
Obi khawatir dengan wawancara untuk artikel ini. Bukan karena dia nggak suka ngomong. Obi khawatir di gadang-gadang sebagai pembuat jalur sementara sertifikat  C1-nya belum keluar, karena ia masih magang. “Obi belum tahu dari pembuat jalur apa sudah lulus.”

Spill jangan ya?

Ketika memverifikasi data artikel, Andi Saputro, Bidang Pembuat Jalur Pengurus Pusat (PP) FPTI menjelaskan bahwa masalah waktu saja. Obi sudah menyelesaikan tugas magangnya dan keputusan sudah diambil, sayangnya belum dicetak resmi karena ini proses administrasi yang sedang tertunda akibat banyaknya tugas PP FPTI yang setelah Olimpiade disusul PON, dan ke depan masih ada World Cup di Korea sampai Oktober. Sepertinya sih Obi sudah lulus. Tapi wait ya.

Sedangkan Obi sendiri setelah kebut C2 dan C1 dalam hitungan bulan Mei ke Oktober tidak yakin akan kebut terus ke sertifikat  IFSC. Obi ragu karena masalah bahasa dan merasa baru mulai meningkatkan kembali grade-nya. “Baru tahun ini karena butuh pengalaman lebih  banyak.”

Obi sendiri sadar bahwa ia menjadi perintis bagi kaum perempuan di profesi dominan laki laki ini. Ia berharap dirinya bisa menginspirasi lebih banyak atlit perempuan untuk memilih bidang pembuatan jalur. “Semoga awal dari Obi membuat jalur, yang lain juga tertarik dengan apa yang Obi rintis sekarang,” ungkapnya. Ia menjelaskan kendalanya profesi ini, 104 jalur oleh 12 pembuat jalur,” Karena emang pembuat jalur ini cape.”

Tetap semangat. You rock girl! (Adiseno).

Foto || Andi Saputro
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.