SMA Negeri 2 Playen Gelar In-House Training: Pemanfaatan Air Hujan untuk Masa Depan Berkelanjutan

WartapalaIndonesia.com, GUNUNGKIDUL – SMA Negeri 2 Playen mengadakan In-House Training bertema “Membangun Generasi Cerdas dengan Air Hujan”. Pada Selasa, 27 Februari 2025.

Acara ini menghadirkan narasumber Sri Wahyuningsih. Dia seorang pakar dalam pemanfaatan air hujan, yang memberikan wawasan mengenai pentingnya air hujan sebagai solusi keberlanjutan di tengah krisis air bersih.

Kegiatan dimulai dengan doa, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu Indonesia Raya. Sambutan pembuka disampaikan oleh Humas SMA Negeri 2 Playen, Beti Triwahyuni, S.Pd., M.Pd., yang mewakili Kepala Sekolah, M. Taufiq Sulyono, S.Pd., M.Pd., S.I. Di sambutannya, Beti Triwahyuni menekankan bahwa permasalahan air bersih semakin nyata, terutama di wilayah Gunungkidul, sehingga pemanfaatan air hujan dapat menjadi solusi alternatif.

Sri Wahyuningsih dalam pemaparannya menjelaskan bahwa air hujan sangat baik untuk dikonsumsi jika ditampung dan diolah dengan cara yang benar. Ia juga menyoroti permasalahan kualitas air tanah yang sering mengandung bakteri E. coli.

Dalam perhitungannya, dengan jumlah 750 siswa yang mengonsumsi 2 liter air perhari, total kebutuhan air sekolah mencapai 1.500 liter per hari. Selama sepuluh bulan, pemakaian air sumur mencapai 300.000 liter, yang tidak dapat dikembalikan ke tanah, sehingga menimbulkan tantangan besar bagi lingkungan.

Sebagai bagian dari edukasi, Sri Wahyuningsih memperkenalkan konsep 5M (Menampung, Mengolah, Minum, Menabung, dan Mandiri) dalam pemanfaatan air hujan. Ia juga menampilkan video dokumentasi dari berbagai media tentang pemanfaatan air hujan, serta membahas dampak banjir di Gunungkidul.

Selain itu, dilakukan perbandingan antara air hujan dengan berbagai air minum dalam kemasan (AMDK) yang beredar di pasaran.

Dalam sesi praktik, guru-guru SMA Negeri 2 Playen dibagi menjadi beberapa kelompok untuk melakukan instalasi sederhana pemanfaatan air hujan. Mereka juga diberikan tugas untuk membuat teh dan menanak nasi menggunakan air hujan, guna membuktikan kualitas air tersebut.

Para peserta diberikan kesempatan untuk mencicipi air hujan dan berbagi kesan pertama mereka, dengan beragam tanggapan seperti rasa segar, mirip air kendi, hingga sedikit rasa tanah.

Antusiasme peserta semakin terlihat dalam sesi tanya jawab. Beberapa guru mengajukan pertanyaan seputar tingkat pH, kandungan mineral air hujan di berbagai wilayah, serta biaya instalasi sistem pemanenan air hujan.

Dalam hal ini, dari Komunitas Banyu Bening sendiri akan membantu dalam pemasangan instalasi dengan menuliskan alat dan bahan yang digunakan, serta turut membantu mendapatkan alat atau bahan yang dirasa sulit ditemukan. Sri Wahyuningsih menegaskan bahwa kunci utama dalam pemanfaatan air hujan adalah cara menampung dan mengolahnya dengan benar agar tetap higienis dan aman dikonsumsi.

Acara ini ditutup dengan ajakan kepada seluruh guru untuk menjadi agent of change di lingkungan masing-masing dengan menerapkan pembelajaran hari ini.

Dengan kesadaran dan edukasi yang terus berlanjut, diharapkan generasi muda semakin memahami pentingnya pemanfaatan air hujan sebagai sumber air alternatif yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. (an).

Kontributor || Ainaya Nurfadila
Editor || Danang Arganata, WI 200050

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.