Wartapalaindonesia.com, EDUKASI – Artikel ini merupakan isi bab ketiga dari buku “Cara Menjadi Relawan Garis Depan di Lokasi Gempa”. Bab tiga berjudul Kegiatan Kemanusiaan di Desa Focus Area. Berisi 14 artikel (nomor 14 hingga 28).
Buku ini ditulis oleh Ahyar Stone. (Pemimpin Redaksi Wartapala. Anggota Dewan Pengarah SARMMI). Terbit pertama Januari 2024. Penerbit Jasmine Solo, Jawa Tengah. Buku ini diterbitkan atas kerja sama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Wartapala, SARMMI. Selamat membaca. (Redaksi).
a. Penyebab Longsor dan Dampaknya
Longsor adalah penyebab paling umum desa menjadi terisolir di kejadian gempa. Longsor memang salah satu bencana ikutan gempa.
Banyak kabupaten di Indonesia yang sebagan wilayahnya perbukitan. Bukit merupakan permukaan tanah yang ketinggiannya kurang dari 600 meter di atas permukaan laut. Sedangkan perbukitan merupakan rangkaian panjang dari bukit-bukit.
Di wilayah perbuktian, jalan penghubung antar desa dibuat di sela-sela bukit dan di badan bukit. Tatkala terjadi gempa, tanah di bukit yang mengapit jalan menjadi labil. Lalu terjadilah longsor yang menimbun jalan.
Sedangkan jalan yang dibuat di badan bukit — yang berarti sebelahnya jurang dan sebelahnya tebing — jalan itu yang justru sering longsor ke jurang.
Material longsor bukan cuma tanah, tetapi juga batu-batu besar dan pohon berbagai ukuran. Pohon yang tumbang — dan ikut menutup jalan — jumlahnya bisa mencapai ratusan bahkan ribuan batang.
Tatkala longsor menimbun jalan, otomatis akses antar desa tertutup. Desa menjadi terisolir. Warga desa bersangkutan sulit ke luar. Sedangkan orang dari luar desa sukar masuk.
Bantuan kemanusiaan ke desa-desa terisolir didistribusikan melalui helikopter. Bisa pula bantuan dipanggul relawan dan warga dengan berjalan kaki di medan longsor yang berbahaya. Ini perjalanan yang berat.
Solusi mujarab untuk membuka jalan yang ditimbun longsor adalah menggunakan alat berat.
Di titik-titik longsor yang memungkinkan dilalui alat berat, pemerintah pusat atau daerah bakal mendatangkan alat berat ke sana. Tetapi kapan alat berat datang — cepat atau lambat — tergantung kebijakan pemerintah.
Sedangkan untuk titik longsor yang tak mungkin dimasuki alat berat, pemerintah akan menunda mengerahkan alat berat. Perbaikan jalan di wilayah ini biasanya dilakukan pemerintah pada fase rehabilitasi. Kapan realisasinya? Tergantung pemerintah.
Selain dari pemerintah, beberapa relawan dari tim perusahaan swasta ada juga yang membawa alat berat. Tetapi pengoperasiannya, berkordinasi dengan pemerintah atau badan yang menangani kebencanaan.
b. Relawan Harus Menjadi Inisiator
Meski jalan masuk ke desa focus area ditimbun longsor, kebutuhan warga yang didampingi relawan garis depan tetap harus ada. Dalam situasi begini, menunggu alat berat datang bukan keputusan yang arif.
Relawan garis depan harus berani menjadi inisiator, yaitu berinisiatif membuka jalan keluar masuk desa yang ditimbun longsor.
Warga sebenarnya paham mereka butuh jalan, tetapi karena masih terbawa suasana gempa, masalah jalan yang ditimbun longsor terabaikan oleh mereka.
Kendati demikian, warga pada dasarnya siap bergerak bila ada pemrakarsa. Atau ada orang yang mengajak mereka bergerak. Inilah salah satu peran penting relawan garis depan, yaitu menjadi inisiator, pemrakarsa dan menggerakkan warga untuk gotong royong.
Untuk menggerakkan warga desa yang didampingi, langkah awal yang harus ditempuh relawan garis depan adalah menyelenggarakan diskusi bersama warga.
Akan lebih bagus bila relawan garis depan turut mengundang warga desa tetangga yang kena imbas jalan ditimbun longsor untuk ikut diskusi. Ikut rembug bareng.
Dalam diskusi bersama warga, relawan garis depan menyampaikan rencananya. Sampaikan pula bahwa relawan garis depan dan warga hendaknya gotong royong membersihkan jalan dari pohon-pohon tumbang dan memperbaiki beberapa bagian jalan yang longsor.
Target dari pekerjaan ini adalah agar warga mudah berjalan kaki, serta sepeda motor dapat melintas dengan aman.
c. Alat Kerja
Alat kerja yang dibutuhkan untuk membuka jalan tertimbun longsor adalah gergaji mesin atau sinsow (chain saw). Kemudian golok, linggis dan cangkul. Alat-alat ini mudah didapat karena warga banyak yang punya.
Demikian halnya sinsow, beberapa warga desa biasanya punya. Ada yang punya sinsow ukuran besar. Ada warga yang punya sinsow kecil. Semua sinsow ini ada gunanya.
Untuk mempercepat pelaksanaan gotong royong, bahan bakar sinsow dan oli samping, disediakan oleh relawan garis depan. Bagi simsow warga yang bermasalah pada rantai mata gergaji, juga dibantu relawan garis depan.
d. Melibatkan Orang Banyak
Dari sekian banyak kegiatan kemanusiaan yang diselenggarakan relawan garis depan di desa focus area, warga yang gotong membuka jalan tertimbun longsor jumlahnya lebih banyak dibanding kegiatan lain.
Apalagi kalau jalan yang akan dibuka panjangnya berkilo-kilo meter, warga yang gotong royong bisa lebih dari 100 orang. Walaupun mereka tidak datang serempak.
Jadwal gotong royong dan teknis kerja membuka jalan tertimbun longsor, diserahkan sepenuhnya ke warga. Tetapi relawan garis depan tetap ikut gotong royong.
Demikian halnya bila di bagian jalan lama ada yang tak bisa dilewati, keputusan membuat jalur baru juga diserahkan ke warga. Mereka pasti tahu pemilik lahan tempat membuat jalur baru tersebut.
Agar warga yang gotong royong dapat memaksimalkan waktu, relawan garis depan menyediakan makan dan minum untuk peserta gotong royong. Lakukan koordinasi dengan ibu-ibu yang mengurus dapur umum. Agar ibu-ibu peduli ini tiap hari menyiapkan air minum dan nasi bungkus lengkap dengan lauk pauknya.
Relawan garis depan dan beberapa pemuda yang di posko kemanusiaan, bertugas memanggul puluhan nasi bungkus hingga ke titik terujung warga gotong royong.
e. Dilanjutkan Warga
Pekerjaan membuka jalan ditimbun longsor — kendati melibatkan banyak orang — perlu waktu cukup lama untuk menyelesaikannya.
Sangat mungkin ketika relawan garis depan pamit dari desa focus area, gotong royong warga belum selesai. Hal ini tidak menjadi masalah besar.
Interaksi akrab antara warga dengan relawan garis depan selama sekian hari, telah memberi pemahaman kepada warga bahwa tujuan relawan garis depan datang ke desa focus area adalah untuk melakukan pendampingan. Agar warga mampu menolong dirinya sendiri sehingga kehidupan warga dapat segera pulih.
Oleh karena itulah, tatkala relawan garis depan pulang, warga desa focus area dapat memahaminya. Semangat warga gotong royong tidak akan mengendur kendati relawan garis depan tak lagi berada di tengah mereka.
Warga percaya bahwa mereka sanggup menolong dirinya sendiri. Tekad kolektif untuk menuntaskan gotong royong hingga jalan keluar masuk desa dapat dilalui adalah salah satu faktanya. (as).
https://wartapalaindonesia.com/27-memperbaiki-jaringan-pipa-air-bersih-ini-langkah-langkahnya/
Foto || SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia)
Editor || Danang Arganata, WI 200050
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)