Caption foto: Kegiatan Penelitian Mikroplastik oleh Ikatan Mahasiswa Pecinta Alam Universitas Brawijaya (WARTAPALA INDONESIA, IMPALA UB)
Wartapalaindonesia.com, EDUKASI – Sampah plastik merupakan salah satu masalah utama yang ada di berbagai belahan dunia. Penggunaan plastik secara massive serta ditunjang dengan pengelolaan limbahnya yang buruk mengakibatkan sampah plastik mencemari lingkungan salah satunya di Kota Batu. Pada penelitian Syah (2020), melaporkan jika pembangunan di Kota Batu semakin meningkat sehingga pencemaran oleh limbah industri maupun rumah tangga juga meningkat.
Hal tersebut akan berdampak pada kualitas, kuantitas dan kontinuitas mata air di Kota Batu. Padahal sumber mata air tersebut merupakan hulu dari Sungai Brantas yang mana memiliki predikat sebagai Sungai Strategis Nasional yang airnya dipakai untuk bahan baku air minum dan menyokong 20% pangan nasional. Seiring berjalannya waktu, sampah-sampah plastik yang terbawa aliran sungai akan melapuk menjadi cuilan/remah-remahan kecil yang disebut Mikroplastik.
Mikroplastik merupakan partikel plastik berukuran <5mm. Menurut asalnya, mikroplastik dibedakan menjadi 2 yakni; Mikroplastik Primer yang mana memang diciptakan oleh perusahaan dalam bentuk partikel kecil (mikro) sedangkan Mikroplastik Sekunder merupakan remahan/cuilan plastik dari plastik ukuran besar seperti kantong kresek, botol plastik, sachet, popok serta aktivitas cuci baju, pembakaran plastik dan lainnya.
Adapun jenis mikroplastik umumnya adalah Fragmen, Film/Filamen, Fiber, Pellet/Granula dan Foam. Penelitian (Simanjuntak 2019) telah melaporkan bahwa di badan air Sungai Citarum Hulu ditemukan mikroplastik dalam bentuk fragment, fiber, film dan pellet dengan jumlah total sebanyak 6,60 partikel/L. Teridentifikasinya mikroplastik di wilayah perairan akan menyebabkan terganggunya rantai makanan karena bisa dikonsumsi oleh biota didalamnya.
Seperti pada penelitian Ayun (2019), yang melaporkan bahwa saluran pencernaan Ikan Belanak, Bengawan Solo mengandung mikroplastik rata-rata sebanyak 5 partikel. Hal yang dikhawatirkan apabila ukurannya makin kecil atau <1µm maka akan menembus ke sel tubuh biota yang dikonsumsi oleh manusia. Salahsatu bukti bahwa mikroplastik sudah masuk ke dalam tubuh manusia di laporkan oleh Liebmann (2018).
Dalam penelitiannya ia berhasil mengidentifikasi mikroplastik pada feses manusia yang rata-rata mengandung 20 partikel/ 10 gram feses. Hal ini akan berdampak pada kesehatan manusia, mengingat banyak potensi yang ditimbulkan oleh mikroplastik yakni: (1) Dapat membawa zat bahan berbahaya penyusun plastik seperti bisphenol, alkylphenols, senyawa-senyawa perflourinasi, phthalate, BFRS, dioksin, UV stabilizer dan lainnya (IPEN, 2020). (2) Sebagai transporter dari kontaminan karena bisa berikatan dengan senyawa aditif, logam berat, obat-obatan, pestisida dan berbagai polutan organik persisten lainnya yang ada di lingkungan (Senathirajah, 2021). (3) Menjadi vektor pembawa mikroorganisme pathogen (Viršek, 2017).
Potensi-potensi tersebut telah dikaitkan dengan efek kesehatan pada manusia seperti obesitas, diabetes, kanker, gangguan hormon, gangguan tumbuh kembang, gangguan jantung hingga gangguan reproduksi. Mengingat dampak buruk yang akan berpotensi menggangu kesehatan manusia, maka dari itu penelitian ini dilakukan. Tujuan penelitian ini adalah sebagai studi awal identifikasi mikroplastik pada Air Sumber di Kota Batu dan menjadi baseline awal pada pihak terkait yang bertanggung jawab untuk mengendalikan kontaminasi mikroplastik.
Metode Penelitian Pengambilan Sampel Air
Penelitian dilaksanakan di beberapa sumber air yang berada di Kota Batu yang digunakan untuk air konsumsi, yang mana memiliki cakupan pelayanan cukup luas dilihat dari debit sumber air tersebut. Berikut adalah peta persebaran pengambilan sampel air yang berada di wilayah Batu:
Metode pengambilan sampel air yang digunakan yaitu grab sampling yang menurut Rahayu (2019), merupakan pengambilan sampel sesaat dengan cara mengambil secara langsung pada suatu waktu dari tempat tertentu (badan air) tanpa ada pengulangan karena hasil yang diharapkan hanya untuk menggambarkan kondisi waktu saat sampel diambil. Sampel permukaan air diambil sebanyak 10L kemudian disaring menggunakan kain saring ukuran pori 412 mesh.
Merujuk pada Standar Prosedur Operasi yang ditulis oleh National Oceanic and Atmospheric Administration (NOAA), tidak ada kejelasan khusus mengenai definisi air permukaan, namun untuk standar minimal diambil pada kedalaman <15 cm hingga 25 cm dimana pada umumnya 95% terkandung mikroplastik. Setelah semua sampel air tersaring, kain saring dilipat dan disimpan untuk selanjutnya dipreparasi ke Laboratorium ECOTON.
Preparasi dan Identifikasi Sampel
Sampel dipreparasi menggunakan metode Floatation yakni dengan penambahan NaCl untuk mengapungkan partikel mikroplastik. Sampel yang telah ditambahkan NaCl, ditampung ke cawan petri untuk dilakukan pengamatan menggunakan Mikroskop Stereo dengan perbesaran 40x.
Hasil pengujian sampel air sumber di Kota Batu ditunjukkan pada Tabel 1 yang mana semua sampel dinyatakan positif mengandung mikroplastik. Sampel yang paling banyak ditemukan mikroplastik adalah sampel air Sumber Genengan (Kali Lo) sebanyak 6.7 partikel/L.
Hal ini dikarenakan Sumber Genengan terletak di sekitar pemukiman warga sehingga banyak aktivitas oleh warga di sekitar sumber. Bentuk dari Sumber Genengan juga seperti sungai yang mana dari wawancara dengan warga sekitar, sumber ini dimanfaatkan juga sebagai tempat mandi, mencuci baju dan mencari ikan.
Selain itu, pengelolaan sampah warga yang mayoritas dibakar membuat partikel mikroplastik tersebar melalui udara sehingga bisa jatuh ke mata air sumber tersebut. Sedangkan data kelimpahan mikroplastik pada 11 air sumber ditunjukkan pada Gambar 1 dimana rata-rata mikroplastik yang didapatkan sebanyak 4127.27 partikel/m3.
Adapun jenis mikroplastik yang ditemukan yakni Fragmen, Filamen, Fiber dan Granula dengan jenis Fragmen yang paling dominan sebesar 46%. Menurut Septian, (2014) menyatakan bahwa mikroplastik Fragmen memiliki ciri-ciri bentuk berupa pecahan plastik, tidak seperti jenis mikroplastik fiber yang berbentuk seperti benang dan jenis mikroplastik filamen yang berbentuk seperti lembaran tipis yang memiliki densitas rendah (Harahap, 2021).
Jenis Fragmen umumnya berasal dari pecahan/cuilan plastik keras seperti botol plastik, tempat makan plastik, sendok plastik dan lainnya; jenis Filamen berasal dari kantong kresek, kemasan plastik, sachet dan plastik lembaran lainnya; Fiber berasal dari aktivitas cuci baju maupun kegiatan menangkap ikan sedangkan; Granul berasal dari produk perawatan tubuh maupun hasil daur ulang plastik.
Harapan dari penelitian ini
IMPALA UB mengajak kepada seluruh lapisan masyarakat agar lebih mencintai lingkungan khususnya perairan karena Air merupakan sumber dari kehidupan manusia. Selain itu kami juga mengajak kepada masyarakat untuk mengurangi penggunaan sampah plastik dengan menggunakan alat-alat ramah lingkungan seperti sedotan dari kertas, paperbag, dan mengurangi penggunaan produk sachetan. Selain itu dengan memulai pengelolaan sampah dengan memilah sampah organic dan anorganik, untuk dijadikan kompos atau bahan yang memiliki nilai jual. ‘’ Kita Jaga Alam, Alam Jaga Kita’’.
DAFTAR PUSTAKA
Ayun, N. Q. (2019). Analisis Mikroplastik Menggunakan Ft-Ir Pada Air, Sedimen, Dan Ikan Belanak (Mugil cephalus) Di Segmen Sungai Bengawan Solo Yang Melintasi Kabupaten Gresik. Skripsi.
Liebmann Bettina, Sebastian Köppel, Philipp Königshofer, Theresa Bucsics, T. R. and P. S. (2018). Assessment Of Microplastic Concentrations In Human Stool Final Results Of A Prospective Study Do microplastics reach the human gut ? Pre-Treatment of Human Stool Samples Detection of Microplastics by FT-IR Spectroscopy and Imaging Conclusion & Outlook. Conference on Nano and Microplastics in Technical and Freshwater Systems. Monte Verità, Ascona, Switzerland, October, 2018. https://doi.org/10.13140/RG.2.2.16638.02884.
IPEN. (2020). 7 Kimia Berbahaya Dalam Plastik.
Rahayu, Rizky. 2019. Penyisihan Konsentrasi BOD, COD dan TSS pada Air Lindi (leachate) TPA Rawa Kucing menggunakan Anaerobic Fluidized Bed Reactor. Skripsi. Jurusan Teknik Lingkungan. Fakultas Arsitektur Lanskap Dan Teknologi Lingkungan. Universitas Trisakti. Jakarta.
Senathirajah, K., Attwood, S., Bhagwat, G., Carbery, M., Wilson, S., & Palanisami, T. (2021). Estimation of the mass of microplastics ingested – A pivotal first step towards human health risk assessment. Journal of Hazardous Materials, 404, 124004. https://doi.org/10.1016/j.jhazmat.2020.124004.
Syah, Muhamad Dedi Herman (2020) Implementasi Kebijakan Pemerintah Kota Batu Dalam Konservasi Sumber Mata Air Berkelanjutan Di Kota Batu (Studi Di Dinas Lingkungan Hidup Kota Batu). Skripsi. Program Studi Ilmu Pemerintahan. Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik. Universitas Muhammadiyah Malang. Malanh.
Viršek, M. K., Lovšin, M. N., Koren, Š., Kržan, A., & Peterlin, M. (2017). Microplastics as a vector for the transport of the bacterial fish pathogen species Aeromonas salmonicida. Marine Pollution Bulletin, 125(1–2), 301-309. https://doi.org/10.1016/j.marpolbul.2017.08.024
Simanjuntak, Febryanti. Unpad Repository. 1 Oktober 2019. http://repository.unpad.ac.id/frontdoor/index/index/docId/13157 (accessed Juli 23, 2021).
Kontributor || IMPALA UB, Universitas Brawijaya
Editor || Soprian Ardianto, WI 200136
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)