Dosa Paling Besar Seorang Pendaki

Wartapalaindonesia.com, OPINI – Pendakian tipis-tipis yang biasa kami lakukan untuk memenuhi panggilan sang alam dan dalih melemaskan otot sering kali berakhir pada lelahnya otot dan kekecewaan akan keadaan pegunungan yang semakin memprihatinkan. Bukan karena pegunungannya, akan tetapi pengunjungnya yang berjubel dengan segudang barang keluaran yang ditinggal begitu saja.

Ambillah contoh Gunung Penanggungan yang sering dipakai untuk pendakian tipis-tipis oleh pendaki pemula sampai professional. Keindahan Gunung Penanggungan dari jauh berbanding terbalik jika kita melihatnya dari dekat, sangat dekat maka kita juga akan melihat tumpukan sampah yang menggunung.

Disitu idealisme saya terusik dan kadang saya merasa sedih, berdosakah kami yang membuang sampah seenaknya di kawasan yang tidak semua orang dapat kunjungi? Dan di manakah kata-kata diplomatis pendaki yang biasa mengatakan kami mendaki untuk menikmati alam maupun mencintai alam?

Lebih jauh lagi mereka yang mengaku beriman pasti sudah sering mendengar bahwa salah satu keimanan adalah menjaga kebersihan. Jika kita tidak beriman berarti dosakah kami? Terlebih apakah dosa besar jika kami membuang sampah sembarangan dan mengotori titipan sang Maha Pencipta Keindahan?

Hingga suatu ketika ada seorang anak smp bercerita tentang mengapa iblis diusir dari surga. Semua orang pasti tau jika iblis diusir dari surga karena kesombongan dan tidak mengakui jika Adam lebih unggul darinya. Hal itu membuat Tuhan murka hingga harus mengusirnya dari surga. Dan itulah dosa besar dalam kacamata Tuhan, bukan tentang zina maupun membunuh, akan tetapi kesombongan dan tidak mau mengakui keunggulan Adam yang lebih junior darinya.

Semua itu membuat saya berfikir, jika memang benar kesombongan dan ketidak fair playan bisa membuat kita terjerumus pada dosa besar. Maka selama ini apa yang pernah saya lakukan adalah dosa besar yang tak disadari. Di mana pernah suatu ketika saya sebagai Pembina sispala sangat marah kala dikritik dan diberitau akan kesalahan saya saat mengajarkan materi.

Dan saya juga pernah meradang kala seorang pendaki yang lebih junior mengingatkan saya bahwa hendaknya sampah harus dibawa turun kembali. Dan lagi pada suatu kali saya merasa digurui ketika seorang murid saya mengingatkan bahwa kita mendaki harus dengan standart.

Kesombongan dan ketidak fairplayan benar-benar berdampak pada butanya hati dan kebodohan diri yang ditutupi.

Tulisan : A. Phinandhita P.

Editor : Amita Pradana Putra

Kirim Pers Release kegiatan / artikel / berita / opini / tulisan bebas beserta foto kegiatan organisasi / komunitas / perkumpulan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081553355330 (Telp/SMS/WA)

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.