Oleh: Abdul. Gani, S.Pi., M.P
Dosen Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Luwuk
Kabupaten Banggai, Sulawesi Tengah
Wartapalaindonesia.com, FEATURE – Pulau Sulawesi adalah pulau terbesar di wallacea yang merupakan pulau yang terletak di antara paparan Sunda dan Australia, dan merupakan wilayah peralihan antara Oriental dan Australia. Oleh karena itu, Sulawesi memiliki tingkat keanekaragaman fauna dengan tingkat endemisitas yang tinggi.
Tingginya keanekaragaman fauna yang berada di pulau Sulawesi sudah terkenal baik di dalam maupun luar negeri. Dan ikhtiofauna yang paling banyak digemari untuk diteliti oleh para peneliti baik dari dalam maupun luar negeri adalah fauna perairan tawar baik sungai tau danau, khususnya jenis ikan. Hal ini dikarenakan karena pulau Sulawesi sangat dikenal dengan tingkat endemisitas paling tinggi dari jenis ikan.
Berbagai cara dan upaya telah saya lakukan untuk mengeksplorasi perairan sungai, danau, laut dan gunung sebagai bukti kecintaan kepada alam Sulawesi; mulai dari masuk siswa pecinta alam SMAN 3 Palu – Smagapala (2001), masuk Program Studi Budidaya Perairan dan berkecimpung di Himpunan Mahasiswa Perikanan (Himarin) (2004), menjadi anggota Mapala Sagarmatha (2005/2006), menjadi tenaga dosen di Fakultas Perikanan Universitas Muhammadiyah Luwuk (2017), hingga mendirikan beberapa organisasi pecinta alam yang berbasis penelitian, yaitu Ekspedisi Riset Akuatika (ERA) Indonesia dan Sa’angu Adventure.
Dengan berkecimpung di berbagai organisasi yang mencintai alam, ini sekaligus menyalurkan hobi saya sedari kecil yang terus belajar mengeksplor alam. Tentunya hobi ini tidak hanya sekedar hobi, melainkan melahirkan tulisan-tulisan ilmiah untuk tujuan dan kemajuan konservasi.
Ketika menjadi anggota Mapala Sagarmatha, saya turut melakukan ekspedisi ilmiah mengenai inventarisasi keanekaragaman flora di jalur pendakian Gunung Torenali (2.565 mdpl) dan Gunung Rorekautimbu (2.400 mdpl). Kami mendapatkan pohon tegak berdiri seperti pohon natal atau (genus Dawsonia), Elatostema spp. (Urtic) dan Cyrtandra spp.
Foto: Rano (Danau) Padang : Eksplorasi Inventarisasi Flora di Jalur Pendakian Gn. Torenali dan Gn. Rorekautimbu (2007)
ERA Indonesia didirikan pada tahun 2017 dengan rekan saya, Muh. Herjayanto, yaitu junior saya ketika menempuh S1 dan saat ini menjadi dosen di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten. Organisasi ini didirikan bersama adik-adik junior di program studi ketika saya menempuh S1, sebagai wadah eksplorasi ilmiah untuk penelitian dan konservasi fauna akuatik baik secara ex situ maupun in situ.
Namun seiring dengan berjalannya waktu, hingga saat ini anggotanya sudah lebih dari 168 orang yang berasal dari mahasiswa, alumni, akademisi (dosen) dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Saat ini, fokus kami tidak hanya pada fauna akuatik saja, melainkan flora dan fauna yang ada di Sulawesi. Dari sinilah publikasi-publikasi ilmiah lahir dan tentunya relasi kami menjadi semakin berkembang mulai dari sesama perguruan tinggi hingga ke luar negeri.
Foto: Eksplorasi Tim ERA Indonesia di Danau Lindu (2018)
Di tahun inilah kami mulai gencar melakukan eksplorasi ke Danau Lindu, yaitu salah satu danau purba dan merupakan danau terbesar kedua di Sulawesi Tengah. Kami menemukan salah satu ikan endemik yang sudah lama tidak terlihat, yaitu Oryzias bonneorum.
Menurut catatan International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List ikan ini tergolong ke dalam kategori Endangered (En), di mana suatu spesies dapat mengalami resiko kritis dan dapat mengalami kepunahan di alam liar dalam waktu dekat. O. bonneorum sendiri pertama kali dideskripsikan oleh Parenti pada tahun 2008 berdasarkan spesimen yang diawetkan sejak tahun 1939. Tak banyak catatan ilmiah mengenai ikan ini, namun kami bersama tim masih belum menerbitkan artikel ilmiah mengenai penemuan ini.
Foto: Penangkapan Ikan O. sarasinorum di Danau Lindu (2019)
Selanjutnya di tahun 2018, saya dan tim juga melakukan eksplorasi di beberapa sungai yang ada di Kabupaten Banggai untuk mengetahui keanekaragaman jenis ikan. Di antaranya adalah sungai di Desa Koyoan, Mendono, Sandakan, Soho, Simpong, Matanyo dan sungai di Desa Salodik. Kami menemukan ikan gobi yang berpotensi menjadi komoditas ikan hias karena memiliki beragam warna yang menarik.
Ada 8 jenis dari 4 genus yang kami temukan di Sungai Koyoan, yaitu genus Sicyopterus, Sicyopus, Stiphodon,dan Lentipes. Sedangkan di Sungai Biak ada 10 jenis yang terdiri atas 7 genus, yaitu Sicyopterus, Stiphodon, Schismatogobius, Awaous, Stenogobius, Eleotris dan Belobranchus.
Ada 1 jenis ikan gobi yang ternyata juga merupakan spesies endemik Sulawesi Tengah, yaitu Lentipes mekonggaensis yang ditemukan di Sungai Koyoan. Sebelumnya L. Mekonggaensis pertama kali ditemukan di tahun 2014 di pegunungan Mekongga pada Sungai Tepasa, Propinsi Sulawesi Tenggara, oleh peneliti dari Prancis dan Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), yaitu; Philip Keith dan Reny K. Hadiaty.
Foto: Ikan Gobi Lentipes whittenorum (Kiri); Stiphodon semoni (Kanan)
Kemudian pada Juni 2022, lahirlah Sa’angu Adventure. Sa’angu berasal dari bahasa Saluan, Sulawesi Tengah yang berarti satu. Sa’angu Adventure didirikan dengan tujuan sebagai wadah untuk mempelajari dan menjaga kelestarian flora dan fauna dan kearifan/budaya lokal yang ada di Luwuk, Kabupaten Banggai. Anggota Sa’angu Adventure sendiri juga terdapat mahasiswa, akademisi (dosen) dan penggiat-penggiat lingkungan yang ada di Kabupaten Banggai.
Foto: Batenda (2022)
Di Sa’angu Adventure, ada program rutin yang kami lakukan, yaitu batenda, di mana kegiatan ini adalah perpaduan antara kemah dan seminar di alam terbuka yang menghadirkan akademisi dan Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Provinsi Sulawesi Tengah.
Kegiatan pertama dilakukan pada 28 Oktober 2022 sekaligus untuk memperingati hari Sumpah Pemuda. Kemudian pada 28 Oktober 2023 dilakukan kegiatan batenda part 2 yang dilanjutkan dengan penanaman mangrove di pinggiran pantai Desa Nambu.
Sulawesi Tengah adalah salah satu wilayah yang terkenal dengan tingkat endemisitas fauna air tawarnya yang tinggi, di mana merupakan hot spot ikan dari family Adrianichthydae dan genus Oryzias. Salah satu perairan tawar yang menyimpan fauna ikan air tawar endemik adalah Danau Kalimpa’a atau dikenal dengan Rano Kalimpa’a atau Danau Tambing. Danau Kalimpa’a terletak pada ketinggian 1.700 meter di atas permukaan laut di Desa Sedoa, Kecamatan Lore Utara, Kabupaten Poso dan berada di kawasan Taman Nasional Lore Lindu (TNLL).
Danau Kalimpa’a sendiri merupakan salah satu danau yang menjadi objek wisata alam perkemahan bagi masyarakat Kota Palu, Sigi dan Poso serta menjadi salah satu spot penelitian bagi para peneliti di dalam maupun luar negeri. Dan sebagai pemuda asli Sulawesi Tengah tentunya menarik saya untuk ikut berkontribusi dalam eksplorasi fauna perairan tawar yang ada di Sulawesi Tengah.
Foto: Eksplorasi Ikan Endemik di Danau Lindu (Tim ERA dan Fak. Perikanan, Univ. Muhammadiyah Luwuk (Kiri); Pemetaan Ikan Endemik Sungai Saluopa (Nomoramphus celebensis) Bersama Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan Luwuk, Kab. Banggai (Kanan)
Pada tahun 2020, saya bersama dengan rekan dari Stasiun KIPM Palu, Novian Suhendra, mencoba mengeksplor fauna ikan air tawar yang berada di Danau Kalimpa’a dan menemukan satu spesies fauna ikan air tawar yang kami duga adalah spesies yang belum pernah ditemukan sebelumnya dan bersifat endemik.
Kemudian, setelah dilakukan analisa secara morfologi dan molekular (DNA) pada tahun 2022, pendeskripsian dilakukan dengan berkolaborasi bersama beberapa peneliti dalam maupun luar negeri yang spesifik di bidang tersebut, di antaranya adalah Daniel F. Mokodongan, D.Sc (Museum Zoological Bogor, BRIN), Muh. Herjayanto (Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Serang, Banten), Fabian Herder, PhD, Julia Schwarzer, PhD, Jan Mohring (Leibniz Institute for the Analysis of Biodiversity Change (LIB)–Museum Koenig, Section Evolutionary Genomics, Adenauerallee 127, D-53113 Bonn, Germany) dan Javier Montenegro, PhD (Japan Agency for Marine-Earth Science and Technology, Kanagawa, Yokozuka, Japan, spesies yang baru saja saya dan rekan saya temukan adalah benar spesies baru yang hanya berada di Danau Kalimpa’a Sulawesi Tengah (endemik).
Foto: Ikan Oryzias kalimpaaensis (Kiri); Danau Kalimpa’a (Kanan)
Tulisan mengenai penemuan baru spesies ini kemudian dipublikasikan di salah satu jurnal internasional Jerman, yaitu Bonn Zoological Bulletin dan terbit pada tanggal 30 Juni 2022, dengan judul “A new endemic species of pelvic brooding ricefish (Beloniformes: Adrianichthyidae: Oryzias) from Lake Kalimpa’a, Sulawesi, Indonesia”. Spesies ikan air tawar yang baru ditemukan diberi nama dengan Oryzias kalimpaaensis, di mana nama tersebut adalah nama danau yang menjadi lokasi ditemukannya ikan air tawar tersebut.
Dengan terpublikasinya secara internasional tentang O. kalimpaaensis, maka jumlah jenis ikan endemik jenis Oryzias bertambah, setelah ditemukan Adrianichthys kyurti oleh Weber 1913, A. popta oleh Weber dan Beaufort 1922, A. roseni oleh Parenti dan Soeroto tahun 2004, A. oophorus oleh Kottelat 1990, O. nigrimas oleh Kottelat tahun 1990, O. nebulosus oleh Parenti dan Soeroto tahun 2004, O. orthognathus oleh Kottelat tahun 1990, Mugilogobius amadi dan M. Sarasinorum (Danau Poso), O. soerotoi (Danau Tiu) tahun 2014 oleh Mokodongan dkk, O. sarasinorum oleh Popta tahun 1905 dan O. boneorum oleh Parenti tahun 2008 (Danau Lindu). Hingga 2024, terdapat 76 jenis ikan Oryzias yang ditemukan di pulau Sulawesi, dan 17 di antaranya tersebar di perairan wilayah Sulawesi Tengah.
O. kalimpaaensis memiliki sirip perut (pelvic fin brooder) yang berfungsi sebagai tempat melekatkan dan melindungi telur-telurnya hingga menetas. Sirip perut ini hanya dimiliki oleh jenis Oryzias yang hanya ditemukan di Sulawesi, seperti O. sarasinorum dari Danau Lindu, O. eversi dari Rantepao, Tana Toraja dan A. oophorus, A. poptae, A. kryuti, A. roseni dari Danau Poso.
Namun demikian, mengenai populasi O. kalimpaaensis di Danau Kalimpa’a masih belum diketahui hingga saat ini. Pada saat mengoleksi, saya menemukan bahwa Danau Kalimpa’a sudah terkontaminasi dengan berbagai jenis ikan introduksi (bukan ikan asli), seperti ikan mujair dan gurame. Sehingga, langkah yang sedang saya dan rekan-rekan upayakan adalah melakukan edukasi kepada para pengunjung/wisatawan yang datang ke lokasi, agar tetap menjaga kebersihan danau, selain itu saya juga menghimbau agar masyarakat setempat atau pengunjung agar tidak lagi melepasliarkan atau mengintroduksi ikan-ikan invasif yang pada umumnya bersifat predator terhadap ikan asli. Sehingga, harapan saya adalah agar populasi dari ikan O. kalimpaaensis tetap terjaga di habitat aslinya.
Dari dua penemuan yang telah saya dapatkan, yaitu O. kalimpaaensis dan O. bonneorum, saya berencana untuk menjadikan kedua jenis ikan tersebut sebagai bahan disertasi saya dalam program doktoral. Sebab, masih banyak potensi yang bisa dan harus digali mengenai kedua jenis ikan ini. Dan ini merupakan kesempatan bagi saya dan bagi para pemuda Sulawesi lainnya untuk terus berkontribusi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan upaya konservasi khususnya fauna perairan tawar yang ada di wilayah Sulawesi Tengah.
Ada hal yang harus kita lakukan dan upayakan setelah melakukan berbagai eksplorasi baik di gunung, hutan, sungai, danau dan laut agar kelestarian flora dan fauna tetap terjaga, yaitu dengan melakukan sosialisasi kepada masyarakat setempat berupa pengenalan flora dan fauna yang harus dijaga. Di antaranya agar tidak membuang sampah sembarang, tidak melakukan over fishing, penanaman kembali serta membuat papan informasi terkait spot habitat.
Kita bisa menikmati, mengetahui, mempelajari dan mensyukuri apa saja yang ada di bumi Sulawesi, sehingga sudah sepatutnya kita terus menjaga dan melestarikan supaya bisa dinikmati sampai nanti. Mari kita lindungi dan lestarikan ikan air tawar endemik Sulawesi! (ag).
Foto || Abdul. Gani, S.Pi., M.P
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)