Ekspedisi Gambut Mapala Universitas Muhammadiyah Riau: Petualangan Nyata di Tanah yang Rentan Terbakar

WartapalaIndonesia.com, SIAK – Lahan gambut selalu menjadi perbincangan hangat. Terutama terkait kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) yang kerap melanda Provinsi Riau. Meski demikian Mapala Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI) justru memilih menghadapi langsung tantangan itu melalui Ekspedisi Gambut di Desa Sungai Rawa, Kecamatan Sungai Apit, Kabupaten Siak. (20-25/2/2025).

Anggota Mapala UMRI yang mengikuti ekspedisi berjumlah 10 orang. Mereka didampingi seorang pendamping. Misi yang diusung Mapala UMRI di ekspedisi gambutnya ini adalah meneliti sambil mendokumentasikan cara-cara terbaik mengelola lahan gambut agar tetap lestari. 

Menapaki lahan gambut, tidak mudah. Ekspedisi yang berlangsung selama 5 hari ini membawa para peserta ekspedisi menelusuri jantung ekosistem gambut yang unik. Dengan kondisi tanah yang basah, berlumpur, dan sering kali sulit diakses.

“Perjalanan kami bukan sekadar petualangan biasa. Kami harus menghadapi tantangan medan yang berat, hingga ancaman cuaca ekstrem yang bisa berubah sewaktu-waktu,” ungkap ketua ekspedisi, Khairil Amri.

Menariknya, semua itu justru menjadi pengalaman berharga dalam memahami bagaimana gambut berfungsi, dan bagaimana masyarakat setempat mengelolanya. 

Salah satu temuan menarik dari ekspedisi ini adalah teknik pengelolaan lahan gambut oleh masyarakat Desa Sungai Rawa. Mereka menggunakan metode berbasis kearifan lokal untuk menjaga kelembaban gambut agar tidak mudah terbakar, seperti sistem sekat kanal dan pengelolaan tanaman tertentu yang mampu menyerap air dengan baik.

Metode ini dinilai lebih ramah lingkungan dibandingkan cara konvensional yang sering kali mengeringkan lahan secara berlebihan dan meningkatkan risiko kebakaran. 

Selain itu, Mapala UMRI juga menemukan bahwa pemanfaatan lahan gambut untuk pertanian nanas bisa dilakukan dengan pendekatan agroforestri, yaitu mengombinasikan tanaman pangan dengan pohon-pohon yang cocok untuk ekosistem gambut.

Cara itu tidak hanya menjaga keseimbangan ekosistem, tetapi juga memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakat setempat.

Beberapa petani di desa tersebut terbukti sukses menerapkan metode agroforestry, dan mendapatkan hasil panen yang cukup baik tanpa merusak struktur tanah gambut. 

Khairil Amri memapar, penelitian yang mereka lakukan memberi wawasan baru tentang bagaimana menjaga keberlanjutan gambut. Selama ini kita lebih sering mendengar tentang kebakaran gambut, tetapi jarang membahas bagaimana lahan ini bisa dikelola dengan baik.

“Dari ekspedisi ini, kami belajar bahwa ada solusi yang bisa diterapkan tanpa harus merusak alam,” ujarnya. 

Hasil ekspedisi ini nantinya akan disusun menjadi laporan akademik. Kemudian dipublikasikan agar bisa menjadi referensi bagi pemerintah daerah, akademisi, maupun masyarakat luas.

Hasil penelitian Mapala UMRI ungkap Khairil Amri.engaja dipublikasikan secara luas ke banyak kalangan. Tujuannya agar semakin banyak pihak yang memahami pentingnya menjaga ekosistem gambut, dan bagaimana mengelolanya secara bijak tanpa merusak keseimbangan lingkungan.

Mapala UMRI juga berharap, nantinya ada kalangan akademisi dan kelompok peduli lingkungan yang melakukan penelitian di tanah gambut.

“Tanah gambut adalah warisan alam yang rapuh ini. Dengan semakin banyaknya penelitian seperti yang kami lakukan, harapan akan masa depan gambut yang lestari dan bebas dari ancaman kebakaran semakin terbuka lebar” tutup Khairil Amri. (rh).

Kontributor || Rusdi Harjo
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.