Esensialitas Pecinta Alam dalam “Tiga Dimensi Aktifitas Pecinta Alam”

Oleh : Dani “Dangeh” Abdul M
Jelajah Alam Bebas Al-Azhary Cianjur, J-133-KPR

Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – Medium untuk memahami dan menjalani kehidupan secara lebih utuh, yang mencakup hubungan vertikal dengan Sang Pencipta, hubungan horizontal dengan sesama manusia, dan hubungan ekologis dengan alam semesta, dalam perspektif filsafat, ketiga hubungan tersebut adalah inti dari keberadaan manusia sebagai makhluk spiritual, sosial, dan ekologis.

Dalam tradisi filsafat, hubungan manusia dengan Tuhan sering menjadi pusat perhatian. Filsuf seperti Al Farabi dan Al Ghazali menekankan pentingnya kesadaran spiritual yang mengarahkan manusia pada harmoni dengan tatanan kosmos.

Al Farabi, misalnya, menggambarkan bahwa kehidupan yang baik adalah kehidupan yang sesuai dengan tujuan Ilahi. Sementara Al Ghazali menekankan pentingnya maqam (tingkatan spiritual) untuk mencapai kedekatan dengan Tuhan.

Aktivitas Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) terutama melalui eksplorasi, adalah ruang refleksi spiritual yang mendalam. Melalui pendakian gunung, menyusuri hutan, atau menjelajahi laut dan lain-lain, lebih melihat dari nilai dalam.

Harmoni Tiga Dimensi: Jalan Menuju Kehidupan yang Utuh
Kehidupan yang utuh mencakup integrasi hablum minallah, hablum minannas, dan hablum minal ‘alam. Ketiga dimensi ini saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Dalam aktivitas pecinta alam atau pegiat bahkan di luar itu pun mempunyai tanggung jawab.

Hubungan dengan Tuhan (hablum minallah) memberikan landasan spiritual yang kokoh untuk setiap tindakan. Sehingga kegiatan di alam tidak hanya menjadi eksplorasi fisik, tetapi juga spiritual yang menjadi esensinya.

Hubungan dengan manusia (hablum minannas) menciptakan solidaritas, kerja sama yang kuat, memperkuat rasa kasih sayang persaudaraan di antara anggota maupun sosial lainnya.

Hubungan dengan alam (hablum minal ‘alam) mendorong kesadaran ekologis dan tanggung jawab untuk melestarikan lingkungan demi generasi mendatang.

Kesimpulan
Mapala bukan sekadar organisasi mahasiswa, tetapi juga wadah untuk mewujudkan harmoni tiga hubungan utama dalam kehidupan: dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam.

Dalam perspektif yang mendalam, Mapala menjadi ruang pembelajaran yang berdampak, di mana nilai-nilai spiritual, sosial, dan ekologis bersinergi untuk membentuk karakter yang berintegritas dan peduli terhadap keberlanjutan bumi.

Di era modern ini, hasrat untuk menjaga hubungan ini tetap relevan. Sebagai penjaga keseimbangan alam, menjadi bukti nyata bahwa harmoni antara manusia, Tuhan, dan alam adalah kunci untuk mencapai kehidupan yang bermakna dan berkelanjutan. (dd).

Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB
Foto || Jabal Al-Azhary Cianjur

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.