Caption foto : Pemakaman Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia Aji Rahmat Purwanto di komplek pemakaman Suci Suren Panggungan, Gamping, Sleman, Jogjakarta. (WARTAPALA INDONESIA / Ahyar Stone)
WartapalaIndonesia.com, Sleman – Jika ingin melihat kebaikan seseorang, lihatlah saat dia meninggal dunia. Pepatah bijak ini tepat benar ditujukan kepada Aji Rahmat Purwanto (45 tahun). Ketua Yayasan Sioux Ular Indonesia itu meninggal dunia pada dini hari 14 Februari 2023, di Banjarmasin, Kalimantan Selatan.
Yayasan Sioux Ular Indonesia adalah lembaga nonprofit yang konsentrasi pada studi ular, edukasi dan konservasi ular. Nama Sioux diambil dari nama suku Indian di Amerika yang artinya ular.
Aji ke Banjarmasin dalam rangka mengisi acara Basic Training Muscle. Di acara yang diselenggarakan pada 12 Februari 2021, Aji mengalami musibah tergigit ular King Cobra.
Dia sempat dirawat beberapa hari di ICU RSUD Ulin Banjarmasin. Keluarga dan beberapa anggota Sioux yang mendampingi Aji di rumah sakit telah melakukan berbagai upaya untuk menangani kondisi bapak 4 anak tersebut. Namun apa hendak dikata, takdir rupanya punya keputusan sendiri.
Dari Banjarmasin jenazah Aji diterbangkan ke Jogjakarta. Pukul 15 WIB jenazah tiba di Bandara Jogjakarta. Ambulance BPBD Jogjakarta yang sudah stand by beberapa jam di bandara, kemudian membawa jenazah ke rumah duka di Kampung Trihanggo, Gamping, Sleman, Jogjakarta.
Usai sholat jenazah yang dilakukan beberapa kali dan acara pelepasan, pukul 17. 10 WIB peti jenazah dibawa pelayat berjalan kaki ke komplek pemakaman Suci Suren Panggungan yang jaraknya kurang lebih 500 meter dari rumah duka.
Menurut perwakilan keluarga, sejak jenazah hendak diterbangkan dari Banjarmasin menuju Jogjakarta, sejumlah pihak telah memberikan perhatian dan bantuan guna memudahkan keberangkatan jenazah. “Alhamdulillah jenazah sampai ke rumah duka dengan lancar,” katanya.
Dari Pawartos Lelayu yang beredar, jenazah Aji dikebumikan pada pukul 17. 00. Tetapi dari pantauan Wartapala, sejak pagi hari rumah duka mulai didatangi pelayat. Di sepanjang jalan menuju rumah duka juga nyaris penuh oleh karangan bunga duka cita ukuran besar.
Ratusan orang pelayat berasal dari anggota Pramuka, pelajar, kalangan relawan dan SAR, komunitas kegiatan outdoor, komunitas otomotif, kelompok pencinta reptil, utusan perusahaan swasta dan masih banyak lagi. Mayoritas pelayat mengenakan seragam.
“Saya mengenal mas Aji sudah belasan tahun. Yang layat ratusan orang karena Mas Aji orangnya ramah, senang membagikan ilmu, dan pertemanannya lintas komunitas,” kata seorang pelayat Arief Ramadahani Setyawan dari TRC BPDB Jogjakarta.
Hujan yang sejak beberapa hari lalu kerap turun di Jogjakarta, sore ini — tatkala proses pemakaman berlangsung – kembali turun lumayan deras. Namun pemadangan luar biasa justru terlihat jelas di komplek Suci Suren Panggungan.
Kendati sekujur tubuh para pelayat diguyur hujan, mereka tak bergeser dari tempatnya. Para pelayat merelakan badannya basah kuyub. Setia menunggu proses pemakaman Aji selesai.
Dari Masjid yang tak jauh dari komplek pemakaman terdengar kumandang adzan Mahgrib. Sekitar 10 menit kemudian proses pemakaman Aji selesai. Hari beranjak gelap.
Umumnya pemakaman, seiring waktu berangsur gelap para pelayat cenderung buru-buru pulang. Tetapi pemandangan seperti itu tak tampak di pemakaman Aji. Para pelayat yang badannya basah terlihat masih bertahan dalam suasana gelap. Mereka seolah nggan berpisah dengan almarhhum Aji.
Impian Aji akan Direalisasikan
Aji adalah salah satu dari empat orang pendiri Yayasan Sioux Ular Indonesia. Yayasan ini berdiri pada tahun 2003. Namun persentuhan Aji dengan dunia ular dimulai jauh sebelum Yayasan Sioux didirikan. Aji pernah pula menjadi penampil program acara Jejak Petualang yang disiarkan salah satu TV swasta.
Aji menjadi Ketua Yayasan Sioux mulai tahun 2010 sampai sekarang. Aji juga aktif di Pramuka sejak sejak usia penggalang di SMP Negeri 8 Jogja hingga kini.
Anggota Sioux mencapai 600 orang lebih. Mereka tersebar di 12 provinsi di Indonesia. Di luar anggota Sioux, ada ribuan orang yang pernah mengikuti edukasi tentang ular dan pelatihan snake handling yang dipandu Aji bersama tim Sioux.
Dalam menyampaikan materi, Aji yang merupakan lulusan Teknik Elektro UGM dikenal dengan gaya bahasanya yang lugas dan sedikit jenaka. Dengan pendekatannya yang khas seperti ini, materi tentang ular yang terasa berat dan menjadi mudah dipahami. Orang yang semula takut dengan ular berubah tidak takut. Bahkan mereka malah termotivasi untuk menjaga kelestarian ular di habitat alaminya.
Aji dikenal pula sebagai pribadi yang totalitas. Diceritakan oleh Founder Survival Skills Indonesia, Michael Antony Sugiono yang turut mengantar almarhum ke pemakaman, Aji merupakan sosok berdedikasi dan totalitas terhadap apa yang diyakininya.
“Mas Aji itu sahabat lama saya. Pengorbanannya untuk konservasi dan mengedukasi masyarakat tentang ular, sangat luar biasa. Itu adalah bukti dedikasi tinggi dan totalitas mas Aji terhadap apa yang diyakininya,” ungkap Michael.
Senada dengan Michael, narahubung Yayasan Sioux Rizky Akbar menceritakan, Aji adalah pemimpin yang baik, dan sosok humble yang tak pernah lelah mengedukasi masyarakat tentang ular.
Disampaikan pula oleh Rizki, sepeninggal Aji Yayasan Sioux tetap beraktivitas seperti biasa.
“Sejauh ini misi Sioux untuk menghilangkan image buruk ular yang melekat di masyarakat sudah hampir tercapai. Namun masih ada impian mas Aji yang belum terealiasi. Kami merasa berkewajiban meneruskannya,” kata Rizki,
Impian tersebut terang Rizki adalah menjadikan snake handler sebagai profesi yang diakui. Ada sertifikasi dan legalitas. Sehingga snake handler menjadi profesi yang menjanjikan. (AS)
Kontributor || Ahyar Stone, WI 21021 AB
Editor || Nindya Seva Kusmaningsih, WI 160009
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)