Inklusif dan Edukatif! Summer Camp With Difabel and Thalasemia Ke-5 Kembali Terlaksana

Caption foto: Para peserta ikut serta dalam Summer Camp With Difabel and Thalasemia (SCWDT) ke-5 (WARTAPALA INDONESIA/Panitia SCWDT Ke-5)

Wartapalaindonesia.com, BANDUNG – Sebanyak 300 peserta ikut serta dalam Summer Camp With Difabel and Thalasemia (SCWDT) ke 5 yang didampingi oleh para pendamping yang terdiri dari pegiat alam dan lingkungan, di Sekolah Alam Pasir Madur, Desa Mekarlaksana, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung, Sabtu-Minggu, 19-20 Oktober 2024.

Para peserta di antaranya dari Sekolah Luar Biasa di Desa Wangisagara Kecamatan Majalaya dan Desa Talun Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.

Pihak penyelenggara yang diwakili oleh Denny, mengatakan bahwa tak ada undangan resmi, siapapun boleh hadir.

“Program ini terselanggara karena the power silaturahmi dan berkat udunan. Kegiatan ini didatangi peserta dari luar Jawa Barat, yang ingin melakukan studi tiru terkait pelaksanaan SCWDT. Peserta dari Bekasi, Purwakarta, Garut, Tasikmalaya mengatakan ingin mengadakan program seperti ini sehingga pesan-pesan yang disampaikan oleh anak-anak di Kabupaten Bandung ini menjadi isu yang bisa diduplikasi di wilayah lain,” jelasnya.

Pelaksanaan SCWDT ke-5 di Pasir Madur dengan tema kekinian “Anak Indonesia Sadar Iklim” sebagai wujud kesiapan menghadapi krisis iklim dengan melakukan adaptasi perubahan iklim, terutama bagi mereka yang termasuk kelompok rentan.

“Tanpa adanya pioneer dan relawan yang tertatih-tatih dan bertahap mewujudkannya, satu langkah lebih bermakna dari sekedar diam, walaupun masih 1000 langkah lagi yang harus di jalani untuk mencapai tujuan tersebut,” ujarnya.

Sementara itu, Anggota perhimpunan pecinta alam PPA Jamadagni SMAN 3 dan Himpala Itenas, Bandung, Denni Hamdani mengatakan bahwa kegiatan SCWDT ini berbeda dengan kegiatan camping ceria pada umumnya.

“Karena melibatkan anak-anak istimewa, yaitu anak-anak berkebutuhan khusus disabilitas netra, disabilitas rungu serta disabilitas daksa. Mereka harus mengalami realitas langsung di lapangan, karena proses pembelajaran di dalam kelas tidak akan mendapatkan hasil yang maksimal,” terangnya.

Pelaksanaan SCWDT ini disesuaikan dengan isu global. Dimana adaptasi perubahan iklim, maupun dampak-dampak terjadinya bencana akibat perubahan iklim harus juga diantisipasi mereka.

“Tidak hanya sekedar wacana. Karena dampaknya sangat luar biasa dari sisi kebencanaan, maupun dari sisi ekonomi. Perubahan iklim ini mengancam produktivitas pertanian karena daur hidrologi berubah, terjadinya juga gagal panen harus diantisipasi dengan teknologi. Sekarang diharapkan apa yang menjadi PR ke depan, menghadapi perubahan iklim dan adaptasinya seperti apa. Harus menjadi visi misi siapapun yang menjadi bupati maupun gubernur,” kata Denny Hamdani. (sev/dan)

 

Kontributor || Nindya Seva Kusmaningsih, WI 160009

Editor || Danang Arganata, WI 200050

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.