Caption foto : Founder Komunitas Banyu Bening Sri Wahyuningsih (tengah, kebaya coklat) saat menerima penghargaan KEHATI Award 2024 kategori Climate Change. (WARTAPALA INDONESIA / Fadlik Al Iman).
WartapalaIndonesia.com, PROFIL – Yayasan Keanekaragaman Hayati Indonesia (KEHATI) resmi mengumumkan para peraih KEHATI Award 2024. Penghargaan diumumkan di acara Malam Penghargaan KEHATI Award 2024 yang diselenggarakan di Gedung Kesenian Jakarta, pada Selasa 3 Desember 2024.
Salah satu peraih KEHATI Award 2024 adalah Komunitas Banyu Bening dari Sleman, Yogyakarta. Komunitas ini meraih penghargaan kategori Climate Change.
Dewan juri KEHATI Award 2024 menetapkan pula Kelompok Pelestari Hutan Pesanguan, Lampung sebagai peraih penghargaan kategori Forestry. Kemudian Natural Aceh, Banda Aceh, untuk kategori Marine. Gestianus Sino dari Kupang untuk kategori Agriculture. Yogi Tujuliarto dari Jakarta yang meraih penghargaan kategori Waste and Pollution.
Inilah Peraih KEHATI Award 2024, Penghargaan Tertinggi Bidang Lingkungan Hidup di Indonesia
Memanfaatkan Air Hujan Sebagai Air Minum Sehat
Sejak tahun 2012, demi memberi solusi air bersih di tengah isu krisis air bersih saat ini, Komunitas Banyu Bening melakukan kegiatan yang berfokus pada pengelolaan dan pemanfaatan air hujan serta konservasi tanaman untuk pemulihan kawasan.
Komunitas ini melakukan pengelolaan air hujan yang merupakan kegiatan pengelolaan sumber daya air dalam aspek konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air yang dilakukan dengan cara menampung dan meresapkan air ke dalam tanah untuk menjaga Muka Air Tanah (MAT) sekaligus mitigasi bencana Hidrometeorologi.
Sedangkan pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan air bersih (air minum), dilakukan dengan menampung secara manual maupun menggunakan sistem GAMA Rain Filter sesuai prinsip prosedur penampungan, sehingga mendapat kualitas air hujan yang layak konsumsi.
Untuk meyakinkan masyarakat umum, hasil tampungan air hujan kemudian diproses dengan metode elektrolisa yang menghasilkan air basa (air minum) dan air asam yang digunakan sebagai anti septik.
Dalam rangka peningkatan kesadaran masyarakat, komunitas ini juga mendirikan sekolah air hujan sejak 2019 yang dilaksanakan setiap hari sabtu dengan prinsip 5M (Menampung, mengelola, minum, menabung, mandiri).
Komunitas Banyu Bening berlokasi di Dusun Tempursari, Desa Sardonoharjo, Kecamatan Ngaglik, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sebagai sebuah gerakan, pengelolaan dan pemanfaatan air hujan untuk sumber air bersih (air minum) sudah tersebar di wilayah Indonesia, di antaranya Merauke, Bali, Ternate, Balikpapan, Samarinda, Surabaya, Malang, Lumajang, Probolinggo, Surakarta, Boyolali, Semarang, Purworejo, Kebumen, Purwokerto, Banyumas, Cilacap, Depok, Bogor, Bandung, Garut, Bekasi, Tangerang, Lampung, Riau, Aceh.
Memberikan Banyak Manfaat
Kegiatan komunitas ini memberikan manfaat bagi pelestarian keanekaragaman hayati dan lingkungan hidup, dengan memotong mata rantai botol kemasan sekali pakai, menjaga lingkungan dari sampah plastik, terutama dari limbah botol kemasan, konservasi air dan mitigasi bencana hidrometeorologi.
Kegiatan ini juga bermanfaat bagi masyarakat sekitar, karena dapat memiliki ketersediaan air bersih secara mandiri, air hujan gratis, merata, mudah diakses, melimpah dan sumber air bersih, produk turunan air hujan berupa anti septik diantaranya hand sanitizer non-alkohol dan teknologi tepat guna yang mudah diaplikasikan ke masyarakat.
Hambatan yang dialami adalah adanya paradigma umum masyarakat bahwa air hujan kotor sehingga saat musim hujan dibiarkan dan dibuang yang berpotensi menyebabkan terjadinya bencana hidrometerologi.
Rencana ke depan komunitas Banyu Bening adalah memperluas gerakan pengelolaan dan pemanfaatan air hujan sebagai solusi sumber air bersih.
Tentang Pengelolaan Air Hujan
Sejak tahun 2012, Komunitas Banyu Bening bergerak di isu air fokus pada pengelolaan dan pemanfaatan air hujan serta konservasi tanaman untuk pemulihan kawasan.
Pengelolaan air hujan merupakan kegiatan Pengelolaan Sumber Daya Air dalam aspek konservasi, pendayagunaan dan pengendalian daya rusak air. Pengelolaan air hujan dengan menampung dan meresapkan air ke dalam tanah untuk menjaga muka air tanah (MAT) sekaligus mitigasi bencana Hidrometeorologi.
Sedangkan pemanfaatan air hujan untuk kebutuhan air bersih (air minum), dilakukan dengan menampung secara manual maupun menggunakan sistem GAMA Rain Filter sesuai prinsip prosedur penampungan, sehingga mendapat kualitas air hujan yang layak konsumsi.
Namun untuk meyakinkan masyarakat umum, hasil tampungan air hujan kemudian diproses dengan metode elektrolisa yang menghasilkan air basa (air minum) dan air asam yang digunakan sebagai anti septik.
Dalam rangka peningkatan kesadaran Masyarakat, kegiatan yang dilakukan adalah mendirikan sekolah air hujan sejak 2019 yang dilaksanakan setiap hari sabtu dengan prinsip 5M (Menampung, mengelola, minum, menabung, mandiri).
Kontributor || Fadlik Al Iman
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)