Caption Foto: Belajar Optimalisasi Air Hujan, Sekolah Air Hujan dan LPM UNHAN Dorong Pemanfaatan Berkelanjutan (WARTAPALA INDONESIA/Ainaya Nurfadila)
Wartapalaindonesia.com, SLEMAN – Dalam upaya meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pemanfaatan air hujan sebagai sumber air bersih, Sekolah Air Hujan kembali mengadakan kegiatan belajar bersama yang berlangsung di Tempursari, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman, Yogyakarta, 17 Maret 2025.
Kegiatan dihadiri oleh pendiri Sekolah Air Hujan, Sri Wahyuningsih, serta enam orang perwakilan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPM) Universitas Pertahanan (Unhan).
Di antaranya Dr. Herlina Saragih, M.Si, Dr. Ir Sovian Aritonang, Dr. Haryo Mustoko. S.sos, Eka Irianto, S.T.,M.T, dan Dr. Erna, Dra. Rini Agustina, M.M.
Acara tersebut bertujuan untuk memberikan pemahaman mendalam tentang bagaimana air hujan dapat dikelola dan dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan air sehari-hari, terutama dalam menghadapi tantangan krisis air di berbagai wilayah Indonesia.
Dalam sambutannya, ketua LPM Unhan, Herlina Saragih menyampaikan bahwa mereka mendapatkan informasi mengenai Sekolah Air Hujan dari Profesor Samsul Ma’arif, selaku penasehat sekolah air hujan dan juga sebagai salah satu dosen Unhan.
“Kami tertarik dengan konsep komunitas ini yang berfokus pada pengolahan air hujan menjadi sumber air bersih yang dapat dikonsumsi serta dimanfaatkan untuk kebutuhan rumah tangga lainnya,” ungkapnya.
Ia juga menyatakan bahwa tujuan mereka datang adalah untuk berdiskusi dan berdialog mengenai metode pemanfaatan air hujan yang telah dikembangkan di Sekolah Air Hujan.
“Kami berharap dapat memperoleh informasi yang lebih mendalam, serta melihat peluang untuk bersinergi dan bekerja sama dalam penerapan teknologi pemanfaatan air hujan,” imbuhnya.
Dalam sesi pembelajaran, Sri Wahyuningsih menjelaskan bahwa air hujan bukan hanya sekadar air yang jatuh dari langit, tetapi juga sumber daya yang harus dikelola dengan bijak.
“Selama ini masih banyak masyarakat yang menganggap air hujan tidak layak konsumsi. Namun, melalui berbagai metode penyaringan dan teknologi sederhana, air hujan dapat diubah menjadi air minum yang sehat dan aman,” jelas Sri.
Para peserta diperkenalkan dengan beberapa teknik pengolahan air hujan.
Salah satunya adalah penyaringan manual menggunakan alat-alat sederhana yang bisa diterapkan di rumah tangga, teknologi elektrolisis yang mampu meningkatkan kualitas air hujan hingga layak dikonsumsi, metode penyimpanan air hujan yang tepat untuk mencegah kontaminasi dan menjaga kualitas air dalam jangka panjang.
Sri Wahyuningsih menyoroti pentingnya perubahan pola pikir dalam masyarakat dan para pemangku kebijakan terkait pengelolaan sumber daya air.
“Indonesia memiliki curah hujan yang sangat tinggi, tetapi kita masih menghadapi krisis air bersih di banyak daerah. Ini bukan karena kurangnya air, melainkan kurangnya manajemen yang baik,” ujarnya dalam sesi diskusi.
Kehadiran perwakilan dari LPM Unhan menunjukkan antusiasme dari kalangan akademisi dan peneliti untuk mengembangkan metode pemanfaatan air hujan dalam skala yang lebih luas.
Para peserta dari Unhan menyatakan bahwa mereka melihat potensi besar dalam konsep Sekolah Air Hujan dan berharap dapat mengimplementasikan pembelajaran ini di berbagai daerah, termasuk di lingkungan kampus Unhan di Jakarta, Bogor, dan Belu, Nusa Tenggara Timur.
LPM Unhan menyampaikan bahwa konsep Sekolah Air Hujan bisa menjadi solusi jangka panjang untuk mengatasi krisis air di Indonesia.
Jika diterapkan di kampus-kampus dan wilayah perkotaan, metode Sekolah Air Hujan dapat membantu mengurangi ketergantungan pada air tanah dan mengatasi masalah kekeringan yang sering terjadi.
Diskusi juga membahas kemungkinan kerja sama antara Sekolah Air Hujan dan Unhan untuk pengembangan modul edukasi, penelitian lebih lanjut, serta penerapan metode ini di berbagai daerah rawan kekeringan.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semakin banyak masyarakat yang memahami pentingnya memanen dan mengelola air hujan sebagai bagian dari solusi keberlanjutan lingkungan.
Lewat kagiatan yang sama, Sri Wahyuningsih juga memaparkan bahwa Sekolah Air Hujan telah menjadi pelopor dalam edukasi pengelolaan air hujan sejak berdiri pada tahun 2019, dan terus berupaya mengembangkan pendekatan inovatif agar pesan ini dapat menjangkau lebih banyak pihak.
“Kami ingin menunjukkan bahwa siapa pun bisa mulai mengelola air hujan, tidak perlu alat mahal, cukup dengan pemahaman yang tepat dan kemauan untuk berubah,” paparnya.
Dengan antusiasme tinggi dari peserta, baik dari masyarakat umum maupun akademisi, diharapkan gerakan ini dapat menjadi contoh nyata bagaimana air hujan bisa menjadi berkah bagi kehidupan manusia, bukan sekadar air yang jatuh dan terbuang begitu saja. (ain/dan)
Kontributor || Ainaya Nurfadila
Editor || Danang Arganata, WI 200050
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)