Pengelola, Masyarakat, dan Relawan Berkolaborasi jaga Kelestarian Lingkungan di Gunung Arjuno

Oleh : Faradila Okta
Pecinta Alam

WartapalaIndonesia.com, FEATURE– Gunung Arjuno via Sumber Brantas, Malang, Jawa Timur, menjadi pusat perhatian dalam upaya pelestarian lingkungan sebagai kawasan konservasi. Pihak pengelola, masyarakat setempat, dan relawan bekerja sama menjaga kelestarian alamnya dengan menerapkan aturan ketat bagi para pendaki dan masyarakat sekitar untuk melindungi ekosistem di Gunung Arjuno.

Petugas Basecamp Gunung Arjuno, Mahesa menjelaskan, patroli rutin dilakukan dengan melibatkan Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) serta masyarakat dari desa-desa di sekitar hutan.

“Kami tidak hanya mengandalkan petugas, tetapi juga melibatkan Mapala dan relawan dari masyarakat sekitar kawasan hutan,” terang Mahesa.

Keterlibatan masyarakat lokal imbuh Mahesa, sangat penting dalam menjaga kebersihan dan memantau pelanggaran yang mungkin terjadi di kawasan pendakian.

Pengelolaan sampah menjadi salah satu aspek utama dalam menjaga kebersihan di Gunung Arjuno. Setiap pendaki diwajibkan membawa turun sampah yang mereka bawa, dengan barang bawaan yang diperiksa secara ketat saat turun.

Kami jelas Mahesa, memperketat aturan sampah. Sampah harus sesuai checklist yang diperiksa saat turun, dan jika tidak sesuai, ada konsekuensi berupa denda dan blacklist.

Trisna, petugas yang turut menangani kebersihan menambahkan, pihak pengelola rutin mengadakan kegiatan pembersihan lingkungan setiap satu hingga dua minggu sekali dengan melibatkan relawan dari masyarakat lokal.

“Dengan kegiatan ini, kami bisa langsung mendeteksi adanya pelanggaran SOP atau sampah yang tertinggal di jalur pendakian,” ujarnya.

Meskipun demikian, Isna mengakui masih ada pendaki yang berusaha menyembunyikan sampah di dalam tenda atau di antara pepohonan sepanjang jalur.

Pihak pengelola juga menerapkan larangan membawa pengeras suara di area perkemahan demi menjaga kenyamanan ekosistem. Isna menekankan, ketenangan di gunung adalah hak bersama, baik bagi pendaki maupun satwa liar.

“Kita semua ke gunung untuk mencari ketenangan. Bayangkan kalau tiap tenda membawa speaker aktif, satwa dan pendaki lain pasti terganggu,” jelasnya.

Dilarang Membuat Api Unggun
Pada tahun 2023 dan 2019, Gunung Arjuno mengalami kebakaran hebat yang menyebabkan kerusakan besar pada vegetasi, mengeringkan sumber air, dan mengganggu keseimbangan ekosistem hutan.

Menurut Mahesa, kebakaran ini juga berdampak pada ketersediaan air di jalur pendakian karena rusaknya banyak tanaman yang biasanya berfungsi menyerap air.

“Ketika vegetasi rusak, serapan air saat hujan berkurang sehingga beberapa titik sumber air di jalur pendakian sekarang sudah mengering,” jelasnya.

Lokasi seperti Lembah Kijang, yang sebelumnya menjadi sumber air penting, kini terdampak kekeringan akibat kebakaran tersebut.

Untuk mencegah kebakaran serupa, pihak pengelola menerapkan larangan ketat terhadap pembuatan api unggun di area pendakian. Trisna menegaskan, larangan ini bertujuan mencegah kebakaran dan menjaga satwa liar.

“Meskipun ada kondisi darurat seperti kedinginan, membuat api unggun tetap tidak diizinkan. Asap bisa mengganggu hewan dan merusak keseimbangan lingkungan,” jelasnya.

Terkait, Ketua RT yang tinggal di sekitar Gunung Arjuno, Didi yang juga seorang petani mengungkap, masyarakat sekitar turut menjaga kawasan hutan, terutama ketika terjadi kebakaran atau aktivitas perburuan liar.

“Kalau ada kebakaran, masyarakat langsung turun tangan. Kami sadar bahwa menjaga hutan juga melindungi mata pencaharian kami dari kerusakan,” kata Didi.

Masyarakat juga harus mengatasi sendiri gangguan satwa liar seperti monyet atau babi hutan yang kerap masuk ke ladang mereka dari kawasan gunung.

Kolaborasi antara pengelola, masyarakat, dan relawan menunjukkan bahwa upaya pelestarian lingkungan Gunung Arjuno adalah hasil kerja sama semua pihak yang peduli terhadap kelestarian alam.

Dengan kesadaran dan kepedulian ini, diharapkan kawasan konservasi ini tetap terjaga demi keseimbangan ekosistem dan keindahan alam yang berkelanjutan. (fa).

Foto || Sofyan Maulana Achmad
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.