Relawan Medis Gabungan Turun Bantu Korban Banjir Terparah Di Padarincang Serang Banten

Caption Foto: Relawan Medis Gabungan Turun Bantu Korban (WARTAPALAINDONESIA/Adipatra Kenaro Wicaksana)

Wartapalaindonesia.com, SERANG – Hujan deras yang mengguyur Desa Padarincang, Serang, Banten sejak Kamis malam, 6 Maret 2025, menyebabkan banjir besar yang melumpuhkan aktivitas warga.

Air mulai meluap sejak pukul 21.00 WIB dan terus meningkat hingga mencapai puncaknya pada dini hari. Ketinggian air mencapai satu meter, merendam ratusan rumah warga serta memaksa ratusan kepala keluarga mengungsi ke tempat yang lebih aman.

Bencana ini bukan yang pertama kali terjadi di Padarincang.

Kejadian serupa pernah terjadi pada tahun 2011, 2012, dan 2016 dan 2020 namun banjir kali ini tercatat sebagai yang paling parah.

Penyebab utama bencana ini adalah curah hujan yang tinggi serta kapasitas sungai yang tidak mampu menampung volume air yang besar.

Desa Padarincang dihuni oleh sekitar 1.500 jiwa yang tersebar di 350 kepala keluarga.

Dari jumlah tersebut, sekitar 200 kepala keluarga terdampak langsung oleh banjir.

Warga di beberapa RT bahkan melaporkan bahwa setiap lingkungan mereka memiliki rata-rata 10-12 bayi yang juga ikut terdampak karna banjir tersebut.

Tiga sungai utama di wilayah ini, yaitu Ci Ujung, Ci Durian, dan Ci Danau, memiliki peran penting dalam pengendalian banjir.

Sayangnya, proyek pendalaman dan pelebaran sungai yang telah mendapatkan alokasi dana masing-masing Rp 200 juta tidak sepenuhnya terealisasi.

Hanya dua sungai, Ci Ujung dan Ci Durian, yang mendapatkan bantuan, sementara Ci Danau, yang berperan sebagai titik akhir aliran air, tidak memperoleh perhatian yang sama.

Ketidakjelasan distribusi dana ini menjadi sorotan masyarakat yang mempertanyakan efektivitas penanganan infrastruktur sungai dalam mengatasi banjir di masa mendatang.

Sebagai respons cepat terhadap bencana ini, pada Sabtu, 15 Maret 2025, Tim Gabungan Relawan Medis Banten turun langsung ke lokasi terdampak dengan menggelar pelayanan kesehatan gratis dan bakti sosial di wilayah UPT Puskesmas Padarincang.

Tim ini terdiri dari berbagai organisasi medis dan relawan, termasuk IDI, PPNI, IAI, ATB, BSMI Provinsi Banten, Koas Untirta, ERDAMS FKM UMJ, SRI, SARGAP, dan BRC.

Kegiatan ini difokuskan pada dua wilayah terdampak parah, yakni Kampung Begog dan Kampung Citasuk, Desa Sukamaju, Kecamatan Padarincang.

Pelayanan kesehatan berlangsung dari pukul 09.00 hingga 11.30 WIB, melayani total 569 pasien, dengan rincian 310 orang di Kampung Begog dan 259 orang di Kampung Citasuk.

Dalam berbagai titik pengungsian dan rumah-rumah warga yang masih terdampak banjir, tim medis melakukan pemeriksaan kesehatan, menangani penyakit akibat banjir seperti infeksi saluran pernapasan akut (ISPA), penyakit kulit, dan gangguan pencernaan.

Para tenaga kesehatan juga memberikan edukasi terkait kebersihan dan pencegahan penyakit pasca-banjir guna mengurangi risiko penyebaran infeksi.

Selain layanan medis, tim relawan medis gabungan juga menyalurkan bantuan sosial berupa paket sembako, bantal, perlengkapan kebersihan, serta kebutuhan lainnya yang sangat dibutuhkan oleh warga.

Pembagian ini dilakukan secara terkoordinasi agar bantuan dapat diterima secara merata, terutama bagi lansia, ibu hamil, dan anak-anak yang sangat rentan terdampak kondisi darurat.

Meskipun medan yang ditempuh cukup sulit dengan genangan air yang masih tinggi, para relawan tetap berupaya menjangkau daerah-daerah terdalam.

Bahkan, evakuasi dilakukan bagi mereka yang membutuhkan perawatan lebih lanjut.

Dengan semangat gotong royong dan kepedulian, aksi kemanusiaan ini menjadi bukti nyata bahwa kebersamaan adalah kunci utama dalam menghadapi bencana.

Upaya ini akan terus dilakukan hingga kondisi masyarakat berangsur membaik dan kebutuhan mendasar mereka terpenuhi.

Ibu Een, salah satu warga Kampung Begog, mengungkapkan rasa terima kasihnya kepada para relawan atas bantuan medis yang diberikan.

Sementara itu, Bapak Masna, warga setempat, mengeluhkan bahwa rumahnya masih terendam air selama lebih dari satu minggu akibat sedimentasi sungai yang tertutup pasir dan batuan dari hulu.

Sementara Kepala UPT Puskesmas Padarincang, Ibu Uni, turut menyampaikan apresiasi kepada para relawan.

Ia berharap aksi kemanusiaan ini menjadi ladang amal bagi semua pihak yang terlibat dan dapat membantu masyarakat menghadapi dampak bencana dengan lebih baik.

Bencana banjir di Padarincang kali ini menjadi peringatan penting bagi pemerintah dan masyarakat terkait urgensi mitigasi bencana.

Upaya pelebaran sungai yang telah diajukan oleh RT dan RW setempat terus mengalami hambatan akibat perizinan yang ditolak dengan alasan kedekatan dengan kawasan cagar alam.

Ketidakjelasan alokasi dana proyek pengendalian banjir juga menjadi pekerjaan rumah bagi pihak berwenang agar dapat memberikan solusi nyata bagi warga yang selalu dihantui ancaman banjir.

Dengan adanya upaya dari relawan dan dukungan berbagai pihak, diharapkan mitigasi dan penanganan pasca-banjir dapat lebih baik sehingga kejadian serupa tidak lagi menjadi ancaman bagi warga Padarincang di masa mendatang. (akw/dan)

Kontributor || Adipatra Kenaro Wicaksana

Editor || Danang Arganata, WI 200050

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.