Oleh : dr. Karno Suprapto, SpOG
Mapala UI (M 048 UI)
Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi
Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – Saya suka mendaki gunung. Kalau sudah sampai puncak, rasanya senang sekali karena saya bisa mengalahkan diri saya sendiri. Di perjalanannya sebenarnya saya bisa saja menyerah, terus balik. Tetapi saya paksa, biarpun sampai tertidur di tengah hutan. Inilah yang membuat pendaki gunung memiliki tekad yang kuat dan tak gampang menyerah.
Tahun 1970, Saya, Herman Lantang dan Idhan Lubis pernah mendaki sama-sama. Kami naik dari Cibodas, melalui Rahrahan yang merupakan salah satu punggung gunung untuk mencapai puncak Gunung Pangrango. Kemudian turun ke danau Situ Gunung yang letaknya di kaki Gunung Gede Pangrango.
Rute ke Situ Ginung ini adalah bekas rute DI/TII. Jejak-jejak yang ada di sana kami ikuti. Meskipun sudah banyak yang tertutup semak belukar, terutama pohon pakis, kami berhasil. Di pendakian ini saya bisa mengenal Herman Lantang dan Idhan Lubis lebih baik. Mereka betul-betul orang yang senang berpetualang. Kalau saya masih senang hura-hura.
Saya bisa bareng mereka, awalnya diajak Herman Lantang yang memang suka membuka jalur. “Yuk kita jalan, buka jalur bekas rute DI/TII dulu” kira-kira begitu kata Herman Lantang.
Kalau menurut saya, antara Soe Hok Gie dengan Herman Lantang, kecintaan akan alamnya memiliki dasar dan tujuan yang berbeda. Kalau Herman ke alam ingin menjelajah, melihat dan dalam tanda petik ingin menaklukkan. Kalau Soe Hok Gie – karena dia pemikir – mungkin dalam pikirannya, “Apa, untuk siapa dan mengapa sebetulnya yang ada di alam ini?”
Saya memiki kesan mendalam dengan Soe Hok Gie. Dia seorang pemikir yang dapat “membayangkan sesuatu yang sangat jauh”. Inilah yang kemudian membuat Soe Hok Gie terkenal dan diidolakan, terutama oleh kami generasi di bawahnya.
Ketika mendapat kabar Soe Hok Gie dan Idhan Lubis meninggal di Gunung Semeru, saya sangat sedih. Kesedihan yang sama saya rasakan ketika mendapat berita Herman Lantang meninggal. Mereka adalah orang-orang yang baik dan sangat besar peran mereka dalam membentuk karakter saya. Kenangan bersama mereka masih saya jaga. (ks).
Foto || Rinanto
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)