Caption foto : Profesor Arya Hadi Dharmawan. (WARTAPALA INDONESIA / Fadlik Al Iman).
WartapalaIndonesia.com, BOGOR – Wartapala Indonesia menerima rilis tertulis dari Profesor Arya Hadi Dharmawan. Dia adalah pakar kehutanan di IPB. Rilis tersebut berisi surat terbuka yang ditujukan kepada Presiden Prabowo. (8/1/2025).
Berikut suratnya :
Surat Terbuka untuk Presiden.
Pak Prabowo, Anda jangan begitu dong Pak sebagai Presiden.
Statement pak Presiden yang mengatakan “jangan takut deforestasi”, dan lalu menyamakan sawit sepadan dengan tanaman hutan lain hanya karena sama-sama berdaun hijau dan menyerap karbon, itu mengusik saya. Pak, sungguh saya risau dengan statement tersebut.
Kalau sekedar berdaun hijau dan menyerap karbon, maka pohon kelor juga berdaun hijau dan menyerap karbon pak.
Kita tak sedang bicara karbon saja ketika membahas hutan pak.
Ulangi, hutan itu tak melulu soal karbon pak, tetapi lebih besar dari hal itu, sehingga deforestasi (juga degradasi hutan) – deforestation and forest degradation – harus menjadi keprihatinan Presiden juga.
Bukan hanya keprihatinan saya saja pak.
Kita harus menyelamatkan hutan, dan tidak membiarkan ekspansi pertanian semau-maunya terjadi.
Hutan dengan aneka pohon dan tetumbuhannya mempunyai fungsi yang tak bisa digantikan oleh perkebunan sawit.
Hutan menjaga aneka satwa liar (rusa, orang utan, pelanduk, harimau, gajah, kera, monyet, burung-burung, sampai semut, cacing, dsb).
Hutan menyediakan aneka tumbuhan termasuk herbal (tanaman obat) bagi kehidupan.
Hutan menjaga tatanan air (hidrologi) agar terjadi kehidupan yang seimbang dan lebih baik.
Hutan juga memberikan naungan kehidupan bagi masyarakat adat di dalamnya.
Sementara perkebunan sawit adalah ekosistem dengan tanaman seragam (mono-cropping) yang tak memungkinkan aneka satwa bisa hidup kecuali ular kobra, tikus dan burung hantu.
Pendek kata, tak selengkap satwa di hutan belantara.
(Walau bapak berseloroh), menganggap sawit punya daun yang sama dengan pohon lain di hutan, tetapi itu seloroh yang tak seharusnya diucapkan. Secara fisik ya daun pasti hijau.
Tetapi simplifikasi bahwa (ekosistem) sawit hanya karena berdaun hijau lalu sepadan dengan (ekosistem) hutan, ya kurang bijaksanalah pak.
Ini nggak apple to apple pak Presiden.
Perkebunan sawit itu mengabdi pada kepentingan kapital dan investasi ekonomi.
Sawit itu demi nilai rupiah Rp 400 trilyun pertahun, pendapatan bagi Indonesia.
Saya setuju.
Tetapi, apakah hidup ini harus disimplifikasi hanya soal uang dan uang saja pak?
Di sini kita beda pendapat pak.
Uang itu penting, tapi hidup tak hanya soal uang.
Ada pepatah mengatakan, “Ketika tetesan air terakhir telah anda minum dan tak tersisa lagi di alam, maka trilyunan rupiah uang di saku dan dan di saldo bank anda, tiada gunanya”.
Hutan itu mengabdi pada kepentingan kelestarian alam (sistem ekologi) dan kehidupan sosial (warga di dalam dan di sekitar hutan).
Saya jamin, pak Presiden termasuk menteri bapak, tak akan pernah bisa menilai berapa milyar-trilyun rupiah nilai manfaat kehadiran satwa liar di hutan, berapa milyar-trilyun rupiah nilai air yang ditangkap dari hujan dan disimpan di akar tetumbuhan hutan, berapa milyar-trilyun rupiah nilai oksigen yang tiap saat keluar dari dedaunan di hutan, juga anda tak akan bisa menghitung berapa trilyun rupiah nilai obat-obatan herbal yang disediakan hutan.
Saya jamin, anda tak akan mampu menilainya. Saya pun juga tak mampu.
Tetapi kita bisa meraba dan merasakan manfaatnya.
Ayo pak Presiden, saya mengajak menteri-menteri bapak untuk berdiskusi lebih intensif dengan banyak kalangan ahli kehutanan, ahli ekologi, ahli sosiologi, ahli antropologi, di negeri ini.
Kita bisa berbagi ilmu pengetahuan dan pandangan.
Kita kembangkan sawit untuk pangan dan energi, tetapi tanpa harus membabat dan mengokupasi kawasan hutan.
Pak Presiden, anda harus anti terhadap deforestasi dengan segala dampak negatifnya pak. Jangan sebaliknya.
Nanti kita bisa dikucilkan oleh dunia internasional pak. Kita dianggap negara aneh jika menganjurkan deforestasi.
Mari kita sama-sama menyelamatkan hutan pak. Menyelamatkan alam adalah perintah agama (QS. Al-Baqarah ayat 205) dan perintah UUD 1945 juga.
Mari pak, kita hentikan deforestasi. Kita hentikan penggundulan hutan, karena akibatnya langsung pada terjadinya bencana banjir, pemanasan global, kehilangan spesies tumbuhan, hilangnya keanekaragaman hayati, dan bencana kemanusiaan berupa hilangnya penghidupan masyarakat lokal.
Mari kita menjadi bijak penuh kebajikan pada alam.
Salam Indonesia.
Arya H Dharmawan
Warga Indonesia biasa.
Sehari-hari pergi bekerja di kawasan Desa Dramaga Bogor. (fai).
Kontributor || Fadlik Al Iman
Editor || Danang Arganata, WI 200050
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)