Tapak Tilas Nandur Tuk Memetri Tuk ke Telaga-telaga di Gunungkidul

Caption foto : Telaga Ploso di Dusun Ploso, Giritirto, Panggang, Gunungkidul. (WARTAPALA INDONESIA / AJ. Purwanto).

WartapalaIndonesia.com, GUNUNGKIDUL – Sebuah perjalanan dalam proses meraih harapan dan cita-cita komunitas Nandur Tuk Memetri Tuk, kembali tapak tilas di mana ada sumber mata air, telaga, embung, dan pohon besar, akan ditelusurinya tanpa jenuh, lelah, dan mengeluh kepada badannya, (Ahad, 2 Juni 2024).

Komunitas ini empati pada kondisi sumber daya air yang semakin tahun semakin kritis.

Di musim penghujan kemarin, sebanyak 7777 lebih beberapa jenis ficus ditanami yang juga dibantu oleh Barisan Relawan Kampung (Baraka) yang tak pernah pula lelah menyediakan bibit-bibitnya untuk membantu menanam, agar “pabrik oksigen dan air” makin banyak berdiri kokoh di Kabupaten Gunungkidul sebagai paru-parunya Daerah Istimewa Yogyakarta.

Ada beberapa telaga yang dikunjungi, di antaranya Telaga Waru yang terletak di sebelah ujung timur Dusun Banyumeneng II. Telaga ini merupakan milik bersama Dusun Banyumeneng I, II dan III.

Telaga Waru berfungsi menampung air hujan yang dapat digunakan 6 hingga 8 bulan.

Tetapi sayangnya setelah ditalut air lebih cepat habis. Telaga ini dihuni 3 ficus bulu. Ke depan harus semakin banyak ficus lainnya ditanam di sekitar telaga.

Air Telaga Waru digunakan warga untuk mengairi tanaman tembakau, bawang merah dan cabe yang ditanam di sekitar telaga.

Selain berfungsi sebagai pengairan tanaman, telaga Waru berfungsi juga untuk memandikan ternak sapi yang dipunyai oleh rata-rata warga di dusun ini.

Caption foto : Telaga Waru, Banyumeneng, Giriharjo, Panggang, Gunungkidul. (WARTAPALA INDONESIA / AJ. Purwanto).

Pada musim penghujan, air telaga penuh dan dimanfaatkan warga secara bergiliran untuk menanam benih ikan air tawar berupa ikan nila, lele dumbo, mujaer, ikan mas dan tombro.

Pengelolaan perikanan dilakukan secara bergiliran dan dikelola secara baik, yaitu dari pemeliharaan pakan, penjagaan serta sangsi kepada masyarakat yang menyalahi aturan misalnya pencurian pemancingan, dan sebagainya.

Berikutnya yang dikunjungi adalah Telaga Ploso di Dusun Ploso, Giritirto, Panggang, Gunungkidul. Telaga ini juga sebagai penampungan air hujan.

Ada satu segmen telaga, dipartisi dengan tembok. Ada empat pohon ficus lumayan besar di sisi telaga pinggir jalan.

Ada dua ficus besar yang nampaknya disakralkan, karena batangnya dibalut kain putih.

Ada tiga pohon gayam juga yang tumbuh di area dua ficus besar menjadi lengkap ke mistisannya.

Telaga ini bisa menampung air untuk 6 hingga 8 bulan, yang dipergunakan untuk kepentingan pertanian setempat.

Lagi-lagi telaga dirasakan lebih cepat kering setelah sekelilingnya ditalut beton yang harusnya alami, karena air itu hidup dan menghidupi penduduk bumi yang di alirinya.

Komunitas Nandur Tuk Memetri Tuk ini mengajak warga masyarakat untuk empati akan kondisi iklim saat ini, dan jangan abaikan saat hujan turun mengaliri, setidaknya di tampung sebanyak-banyaknya untuk kebutuhan sehari-hari hingga musim penghujan lagi. Sebagian lagi sengaja memasukkan kembali air hujan ke dalam tanah.

Berhentilah eksploitasi air tanah. Jangan sampai alam marah. Kita menjaga dan merawatnya, semua akan dipenuhi olehnya. “Siapa lagi kalau bukan kita”. (AJP)

Kontributor || AJ. Purwanto
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

 

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.