Caption foto : Peserta workshop Pengolahan Air Dalam Eco Ersitektur sedang praktik cara merakit perangkat Instalasi Pemanen Air Hujan. (WARTAPALA INDONESIA / AJ. Purwanto).
WartapalaIndonesia.com, BANYUWANGI – Di sela-sela Festival Arsitektur Nusantara (FAN) 2024, Dinas Pekerjaan Umum Cipta Karya, Perumahan dan Permukiman (PU CKPP) Kabupaten Banyuwangi menggelar workshop Pengolahan Air Dalam Eco Ersitektur.
Workshop berlangsung di salah satu aula Agrowisata Tamansuruh (AWT). Pada Minggu. (30/06/2024).
Workshop diikuti pelajar, akademisi, serta praktisi yang datang dari berbagai kota di Indonesia.
Narasumber Workshop Sri Wahyuningsih, mengajak peserta agar bisa menghasilkan karya yang ikonik, yakni melibatkan air sebagai bagian tak terpisahkan dari desain arsitekturnya.
“Air adalah kebutuhan kita yang paling mendasar, dan ini diangkat berdasarkan isu krisis udara global. Jadi arsitektur harus adaptasi dan peka dengan isu-isu terkini,” jelas Sri Wahyuningsih yang merupakan Founder Sekolah Air Hujan Banyu Bening Sleman-DIY.
Di kesempatan ini Sri Wahyuningsih turut mengenalkan sekaligus mempraktikkan konsep 5 M, yaitu menampung, mengelola, minum, menabung, mandiri.
Di sesi praktik, peserta dibagi menjadi 3 kelompok. Material praktik difasilitasi Pekerjaan Umum Kawasan Pemukiman dan Cipta Karya.
Praktik didampingi tim dari Sekolah Air Hujan Banyu Bening, mulai cara memotong dan bagaimana presisi agar kuat. Sambungan antara pipa ke pipa, masuknya harus pres dengan ukuran 4cm.
Sesuai SOP, perangkat IPAH (Instalasi Pemanen Air Hujan) tidak boleh dilem. Hal ini untuk menjaga kualitas air yang masuk ke penampungan,
Ada 2 metode penampungan yang dijelaskan untuk menjaga higienisnya air hujan. Salah satu metode adalah teknologi tepat guna yang bisa diakses secara mudah oleh masyarakat.
Melalui Workshop, Sri Wahyuningsih berharap masyarakat dapat mandiri air dan merubah cara pandang yang selama ini salah tentang air hujan.
“Air hujan yang kualitasnya baik, layak sebagai sumber air bersih. Mulai saat ini, kita jangan menunggu krisis air baru memanfaaatkan air hujan,” kata Sri Wahyuningsih
Sementara itu, arsitek muda Yu Sing melalui slide photo karya-karyanya, Yu Sing menjelaskan negara luar seperti Singapura saja, sungai yang dibeton, dinaturalisasi kan. Sehingga secara alamiah kembali terwujud keseimbangan agar tidak menyebabkan bencana.
Yu sing dengan karya-karya eko arsitektur yang selalu memberi ruang untuk beradaptasi dengan air. Mengajak peserta workshop menghidupkan nuansa alam dan memanfaatkan yang ada untuk menjadikan sebuah arsitektur natural.
“Peran air dan arsitektur ini sangat penting untuk menjaga keseimbangan alam semesta agar selaras dengan budaya,” tutup Yu Sing. (ajp)
Kontributor || AJ. Purwanto
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)