Usai Ekspedisi di Kawasan Batutegi Lampung, Tim Ekspedisi Foresta Itera Mempresentasikan Hasil Penelitiannya di Seminar Nasional Orangutan

Caption foto : Narasumber dan peserta Seminar Nasional Orangutan. (WARTAPALA INDONESIA / Almas Sasya Adelia Safira).  

WartapalaIndonesia.com, LAMPUNG – Para ahli konservasi, akademisi, dan pemangku kepentingan berkumpul dalam Seminar Nasional Orangutan dengan tema “Konservasi Lanskap Hutan Batutegi Sebagai Strategi Pelestarian Biodiversitas Bumi Ruwai Jurai.” Pada 21 Desember 2024.

Acara ini bertujuan membahas upaya-upaya pelestarian habitat orangutan dan keanekaragaman hayati di kawasan Hutan Batutegi, Lampung.

Hutan Batutegi, yang dikenal sebagai salah satu paru-paru Provinsi Lampung, menghadapi berbagai ancaman. Seminar ini menjadi wadah untuk berbagi pengetahuan, pengalaman, dan solusi dalam mengatasi tantangan tersebut.

Mahasiswa Rekayasa Kehutanan Institut Teknologi Sumatera yang tergabung dalam organisasi Foresta (Forestry Engineering Student Association) telah melakukan kegiatan ”Orangutan” (Observasi Lingkungan dan Kehutanan). Sesuai dengan temanya, kegiatan ini bertujuan untuk mengungkap kekayaan alam di lanskap Batutegi, salah satu potongan surga yang tersisa di tanah Sumatera.

Hasil ekpedisi telah disampaikan pada Seminar Nasional Orangutan 2024. Acara yang dihadiri oleh para ahli, akademisi, praktisi konservasi, serta pemangku kepentingan terkait ini bertujuan untuk menyoroti pentingnya upaya pelestarian keanekaragaman hayati di kawasan Hutan Batutegi.  

Foresta ITERA Ekspedisi Selama 11 Hari di Hutan Batutegi Lampung, Banyak Data Ilmiah yang Didapat

Narasumber pertama seminar adalah Denny Matius dan Dita Melia Sari. Sebagai perwakilan tim Ekspedisi Orangutan, mereka berdua memaparkan temuan surgawi yang tersisa di pulau Sumatera. Pada penemuannya ditemukan Amorphophallus titanum dan inang rafflesia yang telah terinfeksi rafflesia. Selain itu vegetasi pada lanskap Batutegi masih terjaga dengan kerapatan vegetasi yang masih bagus.

Dari ekspedisi ini terungkap pula, pada lanskap Batutegi masih terdapat tanaman-tanaman obat yang keberadaannya dan kegunaannya tidak diketahui masyarat.

Narasumber kedua, Dr. Sunarto, Co-Chair IdSSG, menyoroti pentingnya kolaborasi dalam konservasi, perlunya data yang akurat untuk pengelolaan biodiversitas, serta peran Itera dan IUCN dalam memfasilitasi upaya tersebut di Indonesia.

Sementara Manager Program Resiliensi Habitat Yayasan Indonesia untuk Alam (Yiari), Aris Hidayat memaparkan upaya-upaya Yiari dalam melindungi habitat dan keanekaragaman hayati di Hutan Batutegi.

Dengan adanya Ekpedisi Orangutan yang telah dilakukan Foresta Itera, diharapkan dapat menjadi langkah awal untuk memperkuat upaya pelestarian Hutan Batutegi dan hutan lainnya. (as).

Kontributor || Almas Sasya Adelia Safira, Foresta Itera
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.