Warisan Paus Fransiskus dalam Pelestarian Lingkungan

Oleh : Rizki Mubarok
Anggota Mahapeka Bandung, WI 25025 D

“Planet kita, rumah bersama umat manusia, kini tampak semakin berubah menjadi tumpukan reruntuhan.”
Paus Fransiskus, Laudato Si’

Wartapalaindonesia.com, PERSPEKTIF – Kutipan tersebut merupakan salah satu penyataan dari Paus Fransiskus dalam ensiklik lingkungan berjudul Laudato Si’ yang diterbitkan pada tahun 2015. Dokumen ini menjadi penanda keterlibatan serius Gereja Katolik dalam isu-isu ekologis global, yang sebelumnya jarang menjadi pokok utama dalam ajaran resmi Vatikan.

Kepergian Paus Fransiskus satu hari menjelang peringatan Hari Bumi menorehkan duka yang mendalam, tidak hanya di kalangan umat Katolik saja, tetapi juga di komunitas-komunitas pecinta lingkungan di seluruh dunia.

Sosoknya dikenang bukan hanya sebagai pemimpin agama yang karismatik, tetapi juga sebagai public figure yang konsisten dalam menyuarakan perlindungan terhadap bumi. Sehingga banyak pihak menjulukinya sebagai “The Progressive Pope” karena keberaniannya membawa gereja ke dalam percakapan global mengenai isu-isu kontemporer, termasuk perubahan iklim.[1]

Ia juga dikenal dengan sebutan “Green Pope” atau “Paus Hijau”, merujuk pada konsistensinya dalam mengampanyekan gaya hidup berkelanjutan dan pelestarian alam.

Ekologi Integral dan Ajaran Paus Fransiskus
Ekologi integral merupakan teori tentang hubungan sosial manusia dengan alam dan spiritual. Paus Fransiskus mengenalkan konsep ini dalam buku yang berjudul Laudato Si’.

Secara komprehensif, ekologi integral diartikan sebagai pendekatan yang memandang bahwa krisis lingkungan tidak bisa dipisahkan dari krisis sosial dan spiritual umat manusia. Pasalnya, lingkungan hidup bukan semata-mata sumber daya ekonomi yang pasif, melainkan bagian dari rumah bersama yang memiliki nilai intrinsik dan spiritualitas tersendiri.

Dalam Laudato Si’, Paus Fransiskus mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh pola konsumsi manusia yang merusak dan sistem ekonomi yang tidak adil.

Baginya, bumi bukan hanya sekadar tempat tinggal, melainkan “rumah bersama” yang membutuhkan perhatian dan perlindungan dari seluruh umat manusia.

Oleh karena itu, krisis ekologis bukan hanya soal masalah teknis atau ilmiah, melainkan juga masalah mendalam yang berkaitan dengan aspek spiritual dan moral.[2]

Maka dari itu, Laudato Si’ tidak hanya menyoroti masalah lingkungan secara fisik dan ekologis, tetapi juga secara sosial, ekonomi, dan spiritual.

Selain itu, ekologi integral merupakan upaya untuk menyatukan isu lingkungan dengan dimensi keadilan sosial, budaya, dan keberlanjutan moral umat manusia.[3] Bagaimana manusia sebagai makhluk sosial perlu menjaga lingkungan supaya manusia pun dapat terlindungi satu dengan yang lainnya.

Menurutnya, “ketika kita merusak alam, kita juga menghancurkan kehidupan manusia, terutama mereka yang paling miskin.”[4] Dengan demikian, perubahan iklim dan kerusakan ekologis bukan hanya menjadi isu ilmiah atau teknokratis, melainkan juga isu keadilan sosial yang menyangkut martabat dan hak asasi manusia.

Selain itu, keterlibatan Paus Fransiskus dalam persoalan lingkungan tidak terlepas dari sikap dasarnya yang dikenal sederhana dan berpihak pada kaum marginal. Sejak awal kepemimpinannya sebagai Paus pada tahun 2013, Jorge Mario Bergoglio (nama asli Paus Fransiskus) telah menunjukkan komitmen kuat terhadap keadilan sosial dan keberpihakan kepada mereka yang termarjinalkan, termasuk dalam konteks dampak kerusakan lingkungan.[5]

Ia menyadari bahwa kelompok masyarakat miskin dan rentan sering kali menjadi pihak yang paling terdampak oleh bencana ekologi, mulai dari krisis air, polusi udara, perubahan iklim, hingga kelangkaan pangan.

Kontribusi Global Paus Fransiskus terhadap Isu Lingkungan
Paus Fransiskus telah memainkan peranan penting dalam mengangkat isu lingkungan sebagai salah satu fokus utama dalam kepemimpinannya. Sebagai pemimpin spiritual umat Katolik dan kepala negara Vatikan, beliau tidak hanya menyuarakan keprihatinan moral, tetapi juga mendorong tindakan nyata dalam skala global.

Salah satu momen paling bersejarah adalah pidatonya di hadapan Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa pada tahun 2015. Dalam kesempatan itu, Paus menegaskan bahwa krisis lingkungan adalah bentuk ketidakadilan yang secara tidak proporsional menimpa masyarakat miskin dan terpinggirkan.

Ia menyerukan agar negara-negara di dunia tidak hanya memikirkan keuntungan ekonomi, tetapi juga mempertimbangkan tanggung jawab moral terhadap bumi dan sesama manusia.[6]

Tak hanya pada seruan moral, Paus Fransiskus juga meluncurkan Laudato Si’ Action Platform pada tahun 2021 sebagai bentuk konkret dari ajaran lingkungan dalam ensiklik Laudato Si’.

Platform ini mengajak berbagai lapisan masyarakat—mulai dari keluarga, institusi pendidikan, komunitas religius hingga pelaku usaha—untuk menerapkan nilai-nilai keberlanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Langkah ini menunjukkan bahwa Gereja Katolik berupaya tidak hanya berbicara, tetapi juga memimpin melalui tindakan kolektif yang berkelanjutan.[7]

Selain itu, dalam Konferensi Iklim PBB (COP28) yang di selenggarakan di Dubai pada tahun 2023, Paus Fransiskus menyerukan pesan moral terkait tanggung jawab manusia dalam menghadapi krisis iklim.

Ia menegaskan bahwa krisis iklim bukan hanya permasalahan lingkungan, tetapi juga persoalan sosial global yang sangat erat kaitannya dengan martabat manusia.

Selain itu, ia mengkritik model ekonomi saat ini yang terlalu berorientasi pada konsumsi dan kepemilikan, yang tidak hanya merusak tatanan ekosistem tetapi juga memperburuk ketimpangan sosial.

Ia menyebut kerusakan lingkungan sebagai pelanggaran terhadap Tuhan, menegaskan bahwa perlakuan manusia terhadap bumi mencerminkan hubungan spiritualnya dengan Sang Pencipta.

Oleh karena itu, seruan ini bersifat lintas agama, di mana Paus turut mengajak para pemimpin agama untuk menjadi teladan perubahan, menunjukkan bahwa gaya hidup yang berkelanjutan dan penuh rasa hormat terhadap alam dapat diwujudkan bersama.[8]

Terakhir, Paus kembali merilis Laudate Deum pada tahun 2023 sebagai lanjutan dari Laudato Si’. Dalam dokumen tersebut, ia memperingatkan bahwa waktu semakin sedikit untuk mencegah bencana iklim global dan menegaskan bahwa “ilmu pengetahuan bukanlah opini” dalam merespons krisis iklim.

Ensiklik ini juga memperkuat urgensi moral untuk tindakan nyata dan mengecam pasivitas negara-negara maju.[9]

Refleksi Hari Bumi: Menjaga Warisan Moral
Warisan moral Paus Fransiskus terhadap bumi menjadi refleksi penting dalam memperingati Hari Bumi. Peringatan Hari Bumi yang jatuh setiap tanggal 22 April bukan sekadar seremonial tahunan, melainkan menjadi kesempatan berharga untuk merenungkan kembali relasi manusia dengan alam, terutama dalam terang ajaran moral dan spiritual yang disampaikan oleh Paus Fransiskus.

Sebagai pemimpin Gereja Katolik yang konsisten menyuarakan isu-isu ekologis, Paus Fransiskus menyampaikan bahwa bumi bukan sekadar ruang fisik tempat manusia menjalani kehidupan, melainkan merupakan rumah bersama bagi seluruh makhluk ciptaan Tuhan—baik manusia, hewan, tumbuhan, maupun ekosistem lainnya yang saling terhubung secara integral.

Dalam berbagai pernyataannya, Paus Fransiskus menekankan bahwa merusak lingkungan hidup adalah bentuk ketidakadilan yang serius, bukan hanya terhadap sesama manusia yang hidup saat ini, tetapi juga terhadap generasi mendatang yang akan menanggung akibat dari tindakan kita hari ini.

Bagi beliau, krisis lingkungan bukan hanya isu saintifik atau teknis, tetapi persoalan moral dan spiritual. Oleh karena itu, setiap tindakan eksploitasi alam secara berlebihan, pemborosan sumber daya, maupun pembiaran terhadap pencemaran lingkungan merupakan wujud pengkhianatan terhadap amanah ilahi sebagai penjaga ciptaan Tuhan.

Lebih jauh lagi, Paus Fransiskus meyakini bahwa keimanan sejati seharusnya melahirkan sikap hormat, rasa syukur, dan kepedulian mendalam terhadap alam. Ia menyatakan bahwa semakin seseorang bertumbuh dalam keimanan dan kedekatannya kepada Sang Pencipta, seharusnya semakin kuat pula kesadarannya akan tanggung jawab untuk merawat ciptaan-Nya.

Iman yang murni akan menjauhkan manusia dari sikap serakah dan antroposentrisme, dan justru menumbuhkan kesadaran ekologis yang mendalam. Dengan demikian, perlindungan terhadap lingkungan menjadi bentuk ibadah dan manifestasi nyata dari kasih kepada Tuhan dan sesama. (rm).

Foto || Antara
Editor || Ahyar Stone, WI 21021 AB

Sumber bacaan:

[1] Wozniak, J. (2020). Pope Francis and the Politics of the Environment. In Religion and the Environment: New Perspectives (pp. 59–74). Routledge.

[2] Delio, I. (2015). Laudato Si’: A Revolutionary Encyclical. National Catholic Reporter. Diakses pada Kamis, 24 April 2025 dari: https://www.ncronline.org

[3] Carney, J. J. (2016). “Integral Ecology and the Fullness of Life.” Journal of Catholic Social Thought, 13(1), 91–108.

[4] Paus Fransiskus, Laudato Si’: On Care for Our Common Home, Vatican Press, 2015. Diakses pada Kamis, 24 April 2025 dari: https://www.vatican.va/content/francesco/en/encyclicals/documents/papa-francesco_20150524_enciclica-laudato-si.html

[5] McDonagh, S. (2016). The Greening of the Church: Pope Francis and the Environmental Crisis. Orbis Books

[6] United Nations. (2015). Pope Francis’ Speech at the UN General Assembly. https://www.un.org/press/en/2015/sgsm17175.doc.htm

[7] Dicastery for Promoting Integral Human Development. (2021). The Launch of the Laudato Si’ Action Platform. https://www.humandevelopment.va/en/news/2021/the-launch-of-the-laudato-si-action-platform.html

[8] Fransiskus. (2023). Address of His Holiness Pope Francis to COP28 Participants. Vatican.va. Diakses dari: https://www.vatican.va/content/francesco/en/speeches/2023/december/documents/20231202-dubai-cop28.html

[9] Paus Fransiskus, Laudate Deum. Vatican Press, 2015. Diakses pada 24 April 2025 dari: https://www.vatican.va/content/francesco/en/apost_exhortations/documents/20231004-laudate-deum.html

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.