22. Siaga Medis 24 Jam, Mengapa Wajib Proaktif?

Wartapalaindonesia.com, EDUKASI – Artikel ini merupakan isi bab ketiga dari buku “Cara Menjadi Relawan Garis Depan di Lokasi Gempa”. Bab tiga berjudul Kegiatan Kemanusiaan di Desa Focus Area. Berisi 14 artikel (nomor 14 hingga 28).

Buku ini ditulis oleh Ahyar Stone. (Pemimpin Redaksi Wartapala. Anggota Dewan Pengarah SARMMI). Terbit pertama Januari 2024. Penerbit Jasmine Solo, Jawa Tengah. Buku ini diterbitkan atas kerja sama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Wartapala, SARMMI. Selamat membaca. (Redaksi).

a. Tim Siaga Medis Wajib Proaktif
Bagi relawan garis depan yang memiliki kecakapan di ranah P3K — apalagi yang berlatar belakang kedokteran, perawat dan bidang medis lainnya — wajib menyelenggarakan siaga medis 24 jam. Artinya bila ada warga di desa yang didampingi mengalami cedera atau gangguan kesehatan, tim medis langsung bertindak.

Sebagai contoh, tengah malam ada warga yang sakit, relawan garis depan yang siaga medis 24 jam wajib proaktif, yaitu mendatangi pasien. Walaupun saat itu tengah malam, hujan deras dan harus jalan kaki. Bukan menunggu besok. Bukan pula orang sakit yang disuruh datang ke posko kemanusiaan.

Tim medis relawan garis depan bukan seperti dokter yang buka praktek pengobatan di kota-kota dalam kondisi normal, yang karena sibuk hanya melayani pengobatan pada jam-jam tertentu. Siaga medis di desa focus area juga bukan seperti Puskesmas di situasi normal sehari-hari yang menunggu pasien datang berobat.

Pelayanan medis yang diselenggarakan relawan garis depan, buka praktek nonstop 24 jam. Tidak ada jam istirahat. Tidak ada hari libur.

Supaya nyaman memberikan layanan medis ke warga, tim medis relawan garis depan sebaiknya menjalin komunikasi dengan Puskesmas terdekat dan relawan yang fokus di bagian medis. Komunikasi dapat diawali dengan kunjungan tim medis relawan garis depan ke Puskesmas dan tim relawan tersebut. Lalu minta nomor kontak mereka.

Jalinan komunikasi dengan mereka sangat berguna tatkala relawan garis depan butuh ambulan atau untuk kebutuhan lain. Kalau kehabisan obat-obatan, biasanya mereka juga membantu.

b. Keluhan Warga
Warga yang tertimpa puing bangunan, sudah dievakuasi ke rumah sakit pada hari-hari awal gempa terjadi. Di sana mereka mendapat penangangan medis yang memadai.

Sedangkan warga di pengungsian yang mengeluh sakit, umumnya bukan disebabkan gempa — seperti benturan atau tertimpa puing bangunan — melainkan oleh lingkungan pengungsian yang tidak sehat, perubahan cuaca yang mendadak, serta air minum yang kurang layak dikonsumsi. Akibatnya warga banyak yang demam, batuk, pilek, diare dan menderita penyakit ringan lainnya.

Saat terjadi gempa, sumber air untuk warga memasak, mandi dan cuci, juga mendadak terbatas. Hal ini terjadi karena banyak sumur warga yang airnya menjadi keruh dan kurang layak dikonsumsi. Saluran pipa air bersih warga juga banyak yang rusak.

Terbatasnya sumber air juga menyebabkan sanitasi di sekitar pengungsian memburuk. Hal ini mempengaruhi kesehatan warga. Situasi bakal tambah buruk bila hujan deras sering turun.

Di praktek siaga medis 24 jam, biasanya ada pula satu dua orang yang berobat karena luka di kaki. Luka karena menginjak paku di rumahnya yang rusak berat. Ada juga yang luka lantaran jatuh dari sepeda motor.

c. Penyuluhan Kesehatan
Selain proaktif mendatangi warga yang perlu mendapat penanganan medis, relawan garis depan yang siaga medis, perlu aktif mengedukasi warga tentang kesehatan secara umum.

Tujuan edukasi atau penyuluhan kesehatan adalah untuk memberitahu warga akan perlunya pola hidup sehat di pengungsian. Hidup sehat di pengungsian akan mencegah warga sakit.

Penyuluhan bisa dilakukan melalui acara khusus yang dihadiri oleh semua warga. Bisa pula dibarengkan dengan acara pembagian sembako di posko kemanusiaan. Atau melalui kunjungan rutin ke tempat warga mengungsi.

Untuk mereka yang anggota keluarganya terluka, perlu diberi pelatihan singkat yang sederhana. Misalnya cara mengganti perban dan memberi obat luka.

Sedangkan bagi mereka yang anggota keluarganya sakit, diberi petunjuk tentang pemakaian dan dosis obat, serta tindakan yang harus disegerakan tatkala kondisi si sakit memburuk.

d. Melibatkan Pemuda Desa
Pada pelaksanaan siaga medis 24 Jam, relawan garis depan sebaiknya melibatkan beberapa orang pemuda di desa setempat. Khususnya pemuda yang berminat belajar P3K.

Kepada mereka, paparkan pengetahuan umum tentang kesehatan di pengungsian. Juga tentang pemakaian obat-obatan yang dijual bebas tanpa perlu resep dokter.

Relawan garis depan perlu pula memberi pelatihan singkat kepada para pemuda tentang P3K. Seperti halnya tujuan relawan garis depan mengajak pemuda di siaga SAR 24 jam, salah satu tujuan penting melibatkan mereka pada siaga medis 24 jam adalah mengkader mereka.

Agar pemuda baik hati ini menjadi pemuda yang siaga di desanya. Siaga saat ada bencana maupun siaga P3K di kehidupan sehari-hari di desanya. (as).

21. Waspada Gempa Susulan, Lakukan Siaga SAR 24 Jam

Foto || SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia)
Editor || Nindya Seva Kusmaningsih, WI 160009

 

 

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.