Wartapalaindonesia.com, EDUKASI – Artikel ini merupakan isi bab ketiga dari buku “Cara Menjadi Relawan Garis Depan di Lokasi Gempa”. Bab tiga berjudul Kegiatan Kemanusiaan di Desa Focus Area. Berisi 14 artikel (nomor 14 hingga 28).
Buku ini ditulis oleh Ahyar Stone. (Pemimpin Redaksi Wartapala. Anggota Dewan Pengarah SARMMI). Terbit pertama Januari 2024. Penerbit Jasmine Solo, Jawa Tengah. Buku ini diterbitkan atas kerja sama Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Wartapala, SARMMI. Selamat membaca. (Redaksi).
a. Kondisi Air Warga di Lokasi Gempa
Air bersih yang dikonsumsi warga desa — termasuk untuk mandi dan mencuci — kebanyakan berasal dari mata air yang disalurkan melalui jaringan pipa air bersih. Hanya sedikit warga yang mengkonsumsi air sumur di belakang rumahnya.
Tatkala gempa, sebagian sumur warga ada yang airnya mendadak keruh. Ada pula yang sumurnya kering (bahasa Jawa : asat). Tetapi beberapa sumur warga debit airnya malah naik.
Meski kondisi air sumurnya berubah, warga korban gempa — lantaran terpaksa — masih mengkonsumsinya. Air sumur yang keruh, mereka saring atau diendapkan. Lalu dikonsumsi seperti biasa.
Demikian halnya dengan mata air yang menjadi andalan sumber air warga desa. Ada mata air yang mendadak melimpah. Ada yang airnya berhenti atau mati total. Dalam beberapa gempa, sering pula muncul mata air baru di tempattempat yang tak diduga.
Sedangkan pipa saluran air bersih yang ke rumah warga banyak yang pecah. Baik karena tertimpa puing bangunan maupun pohon tumbang.
Sementara pipa besar yang merupakan pipa utama jaringan air bersih desa, sebagian pecah tertimbun longsor. Banyak pula pipa besar yang hilang terseret banjir bandang. Longsor dan banjir bandang adalah bencana ikutan gempa.
Air bersih adalah kebutuhan pokok warga korban gempa. Kekurangan air bersih bakal membuat warga tambah merana. Tanpa air bersih, kehidupan warga sulit pulih.
b. Bantuan Droping Air Bersih
Untuk mengatasi krisis air bersih yang dialami warga desa focus area, ada beberapa cara yang dapat ditempuh relawan garis depan. Cara mana yang dipakai tergantung kebutuhan dan kondisi di desa bersangkutan.
Cara pertama adalah dengan droping air bersih. Bila ini yang menjadi alternatif, langkah awal yang harus dilakukan relawan garis depan adalah menghubungi pemerintah setempat, minta droping air bersih.
Relawan garis depan dapat pula menghubungi kepolisian dan PMI. Mereka kerap droping air bersih ke korban gempa.
Tetapi model droping air bersih hanya manjur untuk jangka pendek yang sifatnya sesaat. Tidak untuk jangka panjang. Korban gempa yang butuh air bersih jumlahnya mencapai ribuan. Mereka tersebar di banyak lokasi pengungsian yang berjauhan. Sedangkan mobil tanki air milik pemerintah setempat dan pihak lain, jumlahnya terbatas.
Selain itu, mobil tanki air akan kesulitan menjangkau desa terisolir dan terpencil. Kalaupun mobil tanki datang, biasanya hanya sekali dua kali. Itu pun dengan durasi kedatangan yang lama.
Cara lainnya yang dapat dipilih relawan garis depan untuk mengatasi krisis air bersih adalah menyampaikan informasi kebutuhan air bersih kepada relawanyang akan datang ke desa focus area. Meminta mereka membawa air mineral dalam jumlah banyak.
Hanya saja yang mesti diingat, air mineral fungsinya terbatas. Cuma untuk minum dan masak. Bukan untuk keperluan lain seperti mencuci piring dan mandi.
Kelemahan lain dari air mineral adalah, desa focus area yang semula minim sampah, mendadak banyak sampah plastik bekas kemasan air mineral.
c. Membuat Bak Penampung Air Hujan
Bila musim hujan, solusi cepatnya adalah membuat bak penampung air hujan. Bahannya utamanya terpal.
Cara membuat bak terpal penampung air, cukup mudah. Relawan garis depan hanya perlu mengajak beberapa orang warga yang didampingi.
Kemudian bersama mereka mengggali lubang sebanyak 6 hingga 8 lubang. Jarak tiap lubang disesuaikan dengan besar kecil bak penampung air yang dibuat.
Masing-masing lubang ditanam bambu atau kayu. Fungsinya sebagai tiang. Agar rapi, tiap tiang dihubungkan dengan bambu atau kayu ukuran sedang.
Cara menghubungkan dengan diikat — bisa pula dipaku — sehingga membentuk kerangka bak air. Bagian dalam kerangka kemudian dipasang terpal.
Agar bak terpal cepat penuh air, di dekat bak terpal dibuat atap yang posisinya miring. Fungsi atap miring ini untuk menangkap air hujan. Ujung atap yang miring diarahkan ke bak terpal. Dengan begitu air yang jatuh di atap miring langsung mengalir ke bak terpal.
Bagian ujung atap yang miring itu bisa pula digulung sebagian, sehingga bentuknya mirip talang air di rumah. Talang air kemudian diarahkan ke bak terpal.
Tinggi atap miring, bisa rendah bisa pula tinggi. Jika atap miring dibuat tinggi, dapat berfungsi sebagai tempat berteduh. Bisa juga sebagai atap kamar mandi darurat.
d. Mengganti Pipa Air di Rumah Warga
Cara terbaik untuk mengatasi krisis air di desa terpencil dan terisolir adalah memperbaiki jaringan pipa air bersih yang hancur karena tertimpa puing, ditimbun longsor atau hilang dibawa banjir bandang.
Pipa paralon pada jaringan saluran air bersih desa, ukurannya berbeda-beda. Saluran utama ukuran pipanya besar. Sedangkan yang ke rumah-rumah, ukuran pipanya lebih kecil.
Bila yang pecah hanya pipa yang ke rumah warga, relawan garis depan dapat memberi bantuan berupa pipa baru ukuran kecil berikut lem pipa. Bantuan ini dimaksudkan untuk mengganti pipa lama yang pecah.
Pengerjaan penggantian pipa dilakukan pemilik rumah. Dibantu relawan garis depan.
Demikian halnya jika yang pecah adalah pipa utama jaringan air bersih desa, relawan garis depan cukup memberi bantuan berupa sejumlah pipa baru ukuran besar dan lem pipa.
Penggantian pipa utama yang pecah dikerjakan gotong royong oleh warga. Dibantu relawan garis depan.
Tetapi bila jaringan air bersih di desa focus area mati total, karena banyak pipa utama yang hilang terbawa banjir atau tertimbun longsor, ini perlu pengerjaan serius dan perencanaan yang matang. Juga melibatkan orang banyak.
e. Survei Jalur Pipa Hingga ke Mata Air
Sebelum penggantian pipa-pipa besar di jalur utama, relawan garis depan wajib survei terlebih dulu. Ajak beberapa warga untuk sama-sama melakukan survei. Orang yang diajak, utamakan pengurus jaringan air bersih di desa focus area.
Titik pertama yang disurvei adalah bak-bak penampungan. Bila ada yang retak dan menyebabkan air bocor, segera lakukan renovasi. Tetapi bila retaknya parah — misalnya bak terbelah — lebih baik buat bak penampungan baru.
Berikutnya yang disurvei adalah pipa utama jaringan air bersih desa. Telusuri saluran pipa lama. Mulai dari bawah hingga ke sumber air. dan jarak sumber air — atau mata air — tiap desa berbeda-beda.
Ada yang letaknya hanya di ujung desa. Ada pula yang letak mata airnya jauh, sehingga diperlukan jaringan pipa mencapai 2 kilometer agar air bersih sampai ke rumah rumah warga.
Setelah pipa utama yang rusak ditemukan — misalnya tertimbun longsor — cek area di sekitarnya. Kemudian buat perencanaan jalur baru.
Membuat jalur baru mutlak dilakukan, karena memasang pipa di area yang sudah kena longsoran, tak mungkin dilakukan. Selain rawan longsoran baru, kondisi dan tinggi tanah di titik itu juga sudah berbeda. Hal ini membuat air sukar mengalir.
Jalur baru yang akan dibuat sangat mungkin memutar. Mungkin pula berpindah cukup jauh dari jalur pipa lama. Tambah jauh pipa jaringan dipindahkan, pipa yang dibutuhkan tambah banyak.
Pipa-pipa yang bakal diganti, ukurannya wajib diketahui. Sebab warga desa dalam membuat jaringan pipa air bersih, menggunakan pipa yang ukurannya berlainan.
Pipa paling besar — misalnya ukuran 4 inci — dipasang mulai dari mata air air hingga beberapa ratus meter ke bawah. Dari situ disambung ke pipa yang ukurannya lebih kecil. Kemudian disambung ke pipa yang ukurannya lebih kecil lagi.
Tujuan warga desa melakukan penyambungan pipa seperti itu — dari ukuran besar ke ukuran kecil — adalah untuk menjaga agar dorongan air di sepanjang jaringan tetap kuat.
Usai survei di bak penampungan dan survei di jaringan pipa utama, titik berikunya yang disurvei adalah mata air atau sumber air.
Sumber air turut disurvei karena bisa saja jaringan pipa air bersih warga mati total lantaran mata air ditimbun longsor, atau karena debit airnya mengecil.
Kalau mata air tertimbun longsor, masih bisa digali. Usai digali biasanya air kembali muncul.
Tetapi kalau debit air menipis, perlu mencari mata air baru. Mencari mata air baru yang debitnya besar, cukup sukar. Solusinya buat bendungan kecil atau kolam. Beberapa mata air yang berdekatan dialirkan ke bendungan tersebut.
f. Diskusikan ke Warga
Memperbaiki jaringan pipa air bersih di desa focus area, perlu perencanaan matang dan melibatkan orang banyak. Oleh karena itu, sebelum melakukannya relawan garis depan wajib berdiskusi dengan warga. Membahas pekerjaan besar ini.
Dalam diskusi, relawan garis depan perlu menyampaikan kepada warga tentang rencana perbaikan jaringan pipa air bersih.
Sampaikan pula kepada warga bahwa relawan garis depan akan menyediakan semua pipa yang dibutuhkan. Termasuk menyediakan lem pipa, sambungan dari pipa besar ke pipa kecil, serta kawat besar untuk menggantung pipa di titik-titik ekstrem.
g. Dikerjakan Gotong Royong
Alat kerja yang dibutuhkan untuk memperbaiki jaringan pipa air bersih adalah gergaji untuk memotong pipa, golok, tang, linggis dan cangkul. Peralatan seperti ini rata-rata warga sudah punya.
Pada proses pengerjaan — sejak awal pengerjaan hingga selesai — relawan garis depan cukup sebagai pembantu. Sebab warga yang didampingi lebih paham tentang jaringan pipa air bersih di desanya.
Pemimpin pengerjaan pipa diserahkan ke warga. Begitu halnya dengan jadwal gotong royong, biarlah warga yang menentukan.
Kalau jaringan pipa air bersih mengalir sampai ke desa tetangga, warga desa tetangga diajak ikut gotong royong. Pengerjaan pipa air bersih perlu melibatkan banyak orang. Terutama untuk mengangkut puluhan batang pipa berbagai ukuran.
Kalau semua pipa yang dibutuhkan sudah tersedia dan warga yang gotong royong jumlahnya banyak, pengerjaan bisa mencapai 3 sampai 5 hari. Tetapi jika pipanya kurang, warga yang gotong royong sedikit dan sering turun hujan, jadwal pengerjaan pasti molor.
Agar gotong royong berjalan lancar, libatkan pengurus dapur umum untuk menyiapkan sekaligus mengantar makan siang ke titik-titik warga gotong royong. Jadi saat jam makan siang, warga yang gotong royong tak usah pulang ke rumahnya.
Teknis menyambung pipa, serahkan sepenuhnya ke warga. Warga desa punya cara sendiri menyambung pipa. Mereka tidak sepenuhnya mengandalkan lem pipa.
Ujung pipa mereka panaskan dengan api. Setelah ujungnya melebar, ujung pipa yang satu lagi mereka olesi lem pipa. Ujung pipa yang sudah rata dengan lem tadi mereka masukkan ke pipa yang ujungnya melebar karena dipanaskan.
Setelah dua ujung pipa tersambung rapi, titik sambungan disiram air. Tujuannya agar pipa cepat dingin sehingga sambungannya pas. Teknis penyambungan pipa seperti ini dijamin kuat dan air tak bakal menetes.
Setelah pengerjaan perbaikan jaringan pipa air bersih selesai, ternyata masih banyak pipa dan material yang tersisa, sebaiknya diserahkan ke pengurus jaringan pipa air bersih di desa focus area. Barang-barang ini untuk stok di gudang mereka. (as).
Foto || SARMMI (SAR Mapala Muhammadiyah Indonesia)
Editor || Danang Arganata, WI 200050
Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)