Relawan Bencana Tak Sebatas Semangat

Caption foto: Djadjo Dondy memberikan materi High-Angle Rope Rescue Technique kepada Mapala Unisi. (WARTAPALA INDONESIA/ Ratdita Anggabumi T)

Wartapalaindonesia.com, BOGOR – Indonesia secara geografis berada di daerah tapal kuda sepanjang 40.000 km, dengan deretan gunung berapi yang kita kenal sebagai Cincin Api Pasifik (Ring Of Fire). Posisinya juga berada di pertemuan tiga lempeng utama dunia yaitu Eurasia, Indoaustralia dan Pasifik. Maka secara geologi tak dipungkiri wilayah ini sering terjadi gempa bumi dan letusan gunung berapi.

Menurut para peneliti dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), ada sekitar enam tumbukan lempeng aktif yang berpotensi memicu terjadinya gempa kuat. Selain itu juga terdapat banyak sebaran patahan aktif atau sesar aktif.

Dalam menyikapi hal ini, organisasi-organisasi dan komunitas pecinta alam memiliki respon serta semangat yang tinggi dalam menghadapi bencana alam. Kedekatan psikologis terhadap alam membuat jiwa mereka terpanggil untuk menjadi relawan kemanusiaan. Namun dalam menghadapi bencana alam, tentunya harus memiliki keilmuan dan keahlian pada bidang tersebut.

Sesuai Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) No. 17 tahun 2011 tentang Pedoman Relawan Penanggulangan Bencana, maka terdapat sepuluh kompetensi yang perlu dimiliki oleh Relawan. Yaitu pencarian dan penyelamatan, dapur umum, logistik, informasi dan komunikasi, manajemen tempat evakuasi, pengelolaan air, sanitasi dan kesehatan lingkungan, kesehatan pengungsi, penanganan psikososial, standar minimum dalam penanggulangan bencana, serta pengurangan risiko bencana. Oleh karenanya komunitas dan organisasi dihimbau untuk menyelenggarakan pembekalan kepada anggotanya yang ingin menjadi relawan agar operasional di wilayah yang tertimpa bencana lebih terkordinasi.

Saat ditemui Wartapala di Mega Mendung Bogor (24/3), Djadjo Dondy Rahardjo, salah seorang ahli dan praktisi yang mempunyai jam terbang cukup tinggi dalam ranah kebencanaan serta kegiatan alam bebas mengatakan bahwa, “Saat ini antusiasme Relawan sangat tinggi. Relawan mempunyai itikad dan niat baik, namun itu tidak cukup, karena mereka juga harus well prepare. Relawan sebaiknya memperbaiki attitude, knowledge, dan skill”.

“Sudah saatnya Relawan membekali diri, karena menjadi relawan tidak cukup hanya sekedar itikad dan niat baik. Selain wawasan yang luas, kesiapan terhadap skill, perlengkapan, pendanaan, maupun link harus tetap diperhatikan. Attitude juga harus dijaga, serta menghargai kearifan lokal yang ada di masyarakat,” tegas Djajo yang saat ini menjabat sebagai Komisi Kehormatan Search and Rescue Federasi Arung Jeram Indonesia.

Dengan membudayakan latihan di organisasi atau komunitasnya masing-masing, maka akan terjadi peningkatan keterampilan, keahlian, kesadaran, kewaspadaan dan kesiapsiagaan para Relawan serta masyarakat dalam menghadapi risiko bencana. Sehingga pada hari “Kesiap Siagaan Bencana” yang diselenggarakan setiap tanggal 26 April, semua pihak dapat meluangkan waktu selama satu hari untuk melakukan latihan bersama secara serentak di tingkat pusat maupun daerah.

Kontributor || Ratdita Anggabumi T, WIJA Jakarta

Editor || N. S. Kusmaningsih

Potensi SAR bersama Basarnas dalam salah satu operasi di Sungai Ciliwung.

Kirim tulisan Anda untuk diterbitkan di portal berita Pencinta Alam www.wartapalaindonesia.com || Ke alamat email redaksi Wartapala Indonesia di wartapala.redaksi@gmail.com || Informasi lebih lanjut : 081333550080 (WA)

bagikan

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.